Sabtu 31 Aug 2019 16:26 WIB

Dokter: Stunting Sebabkan Perkembangan Otak tak Maksimal

Stunting adalah indikator kekurangan energi dan protein dalam waktu lama.

Upaya mencegah stunting (ilustrasi)
Foto: Kemenkominfo
Upaya mencegah stunting (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Dokter Spesialis Anak dr Agus Fitrianto, Sp.A mengatakan masalah kekerdilan atau stunting dapat menyebabkan perkembangan otak anak menjadi tidak maksimal. "Stunting adalah indikator kekurangan energi dan protein dalam waktu lama atau malnutrisi kronik," katanya di Purwokerto, Banyumas, Sabtu (31/8).

Agus Fitrianto yang praktik di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo, Kabupaten Banyumas, mengatakan stunting paling umum terjadi dalam rentang usia 0 hingga 2 tahun. "Padahal rentang usia tersebut adalah periode penting di mana otak sedang berkembang secara pesat sehingga kalau anak stunting dipastikan perkembangan otaknya juga tidak maksimal. Sehingga, anak harus sembuh dari stunting," katanya.

Baca Juga

Dia mengatakan dirinya mengapresiasi program pemerintah yang tengah fokus untuk menciptakan SDM unggul. "Untuk menciptakan SDM unggul dan berdaya saing berarti harus mengatasi masalah stunting atau kekerdilan," katanya.

Dia mengatakan, orang tua yang memiliki anak dalam rentang usia 0 hingga 2 tahun harus memastikan tumbuh kembang buah hati mereka terpantau secara berkala. "Pastikan menilai tumbung kembang anak balita secara teratur bisa melalui posyandu atau periksa rutin ke dokter. Pastikan tumbuh kembangnya dipantau dan didokumentasikan di buku kesehatan anak," katanya.

Sebelumnya, akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto Kavadya Syska mengatakan sosialisasi mengenai pangan sehat perlu terus ditingkatkan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekaligus mencegah kekerdilan atau stunting. "Sosialisasi dan promosi mengenai pangan sehat melalui pangan fungsional perlu terus-menerus disampaikan kepada masyarakat," katanya.

Kavadya Syska yang merupakan Koordinator Program Studi Teknologi Pangan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto mengatakan pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Selain itu, ada manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.

Dia mengatakan para pemangku kepentingan perlu turut andil memberikan pemahaman mengenai pangan yang sehat. "Yaitu pangan yang bergizi, pangan yang higienis dengan sanitasi yang baik, serta pangan fungsional yang dilakukan sejak mulai kehamilan sampai anak terlahir hingga usia dua tahun," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement