Senin 14 Oct 2019 12:48 WIB

Ortu Diminta Setop Siapkan Bekal Saat Anak 8 Tahun

Keterampilan merencanakan bekal sekolah penting untuk perkembangan anak.

Rep: Dian Erika N/ Red: Indira Rezkisari
Bekal sekolah anak
Foto: flickr
Bekal sekolah anak

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Para orang tua diminta berhenti menyiapkan makan siang anak-anak ketika mereka berusia delapan tahun. Seorang ahli mengatakan hal ini akan membantu anak untuk belajar mandiri.

Seorang dokter anak, Dr Damon Korb, mengatakan kepada para ibu dan ayah bahwa mereka harus berhenti mengemas makan siang untuk anak-anak mereka ketika mereka berusia delapan tahun. Itu akan membantu mengembangkan kemandirian dan keterampilan perencanaan sejak usia dini.

Baca Juga

"Jika kita berpikir tentang apa yang kita lakukan ketika kita membuat makan siang, itu membutuhkan perencanaan dan itu memerlukan pemecahan masalah," kata Dr Korb, dari California, sebagaimana dilansir dari Mirror, Senin (14/10).

Dia melanjutkan, anak-anak perlu berpikir dan meyakinkan diri sendiri apakah mereka akan lapar.  Kemudian, anak juga dilatih memikirkan jika tidak cukup membawa bekal bisa bertahan untuk mengatasi rasa lapar di sekolah, atau jika mereka tidak memasukkan bekal makan siang akan membuat ibu marah?.

"Keterampilan perencanaan semacam itu penting untuk dikembangkan pada anak-anak dan tugas sehari-hari seperti membuat makan siang adalah cara Anda melakukannya.

Tujuan kami bukan hanya untuk membantu anak-anak menemukan dua kaus kaki yang cocok atau dapat mengubah pekerjaan rumah mereka tepat waktu... Kami mencoba mengajarkan keterampilan fungsi eksekutif yang mereka butuhkan untuk menjadi pemikir independen ketika mereka bertambah dewasa," jelas Dr Korb.  

Dia mengatakan, pada saat anak berusia 10 tahun, mereka harus bertanggung jawab untuk membuat sarapan dan makan siang mereka sendiri. Serta mengelola pekerjaan sekolah mereka tanpa bimbingan.

Penulis 'Raising An Organized Child' juga mengatakan orang tua perlu membiarkan anak-anak bosan. Rasa bosan lebih baik daripada meraih barang elektronik atau membiarkan mereka menonton TV untuk menenangkan mereka.

"Kenyataannya adalah anak-anak paling baik diajak keluar dengan tongkat dan bola, dan mencoba mencari tahu apa yang harus dilakukan. Belajar bagaimana menjadi kreatif dan belajar bagaimana menjadi imajinatif adalah keterampilan yang kita gunakan untuk membangun kemampuan pemecahan masalah yang akan mereka gunakan di kemudian hari," ungkapnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement