Sabtu 14 Dec 2019 03:00 WIB

Ambil Rapor, Apa yang Harus Diobrolkan dengan Wali Kelas?

Ambil rapor, orang tua perlu mengobrol dengan wali kelas tentang perkembangan anak.

Rep: MGROL 125/ Red: Reiny Dwinanda
Dua orang siswa sekolah dasar negeri didampingi orang tua murid mengambil Rapor di SDN 01 Pagi Besuki Menteng, Jakarta Pusat, Senin (5/1).
Foto: Antara
Dua orang siswa sekolah dasar negeri didampingi orang tua murid mengambil Rapor di SDN 01 Pagi Besuki Menteng, Jakarta Pusat, Senin (5/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah terima undangan untuk ambil rapor buah hati? Biasanya, ini menjadi momen yang paling mendebarkan baik bagi orang tua maupun anak. 

Pasalnya, rapor akan memperlihatkan laporan kemampuan belajar anak. Lalu, apa yang perlu dikomunikasikan dengan wali kelas saat pengambilan rapor? Berikut saran dari psikolog klinis, Masfuukhatur Rokmah MPsi.

Baca Juga

Lihat nilai raport dengan teliti

Ketika mengambil rapor, hal pertama yang perlu orang tua lakukan adalah melihat nilai semua mata pelajaran dengan teliti. Hanya saja, ayah dan ibu terkadang telanjur merasakan resah gelisah ketika berangkat ambil rapor.

"Alhasil, yang dilihat hanya yang jeleknya saja,” jelas Fukha.

Menurut Fukha, rasa itu sebaiknya segera ditepis karena akan berdampak tidak baik. Cobalah melihat nilai anak dengan teliti agar bisa berpikir lebih jernih dan tidak hanya terfokus pada nilai yang kurang memuaskan.  

Dengarkan penjelasan guru dan bertanyalah

Biasanya, guru akan menjelaskan hasil pencapaian anak selama satu semester. Setelah itu, usahakan bertanya kepada guru.

“Kalau sudah mendengarkan penjelasan, bertanyalah dari yang baik dulu, seperti nilai mana yang tertinggi,” jelasnya.

Orang tua juga perlu menanyakan bagaimana gambaran anak bisa mendapat nilai tinggi tersebut, yang mungkin berasal dari nilai harian, Ujian Tengah Semester, atau Ujian Akhir Semester. Lalu, tanyakan juga mengenai nilai yang kurang dan bagaimana sikap anak ketika menghadapi mata pelajaran tersebut, misalnya apakah dia melamun, tidak mau mengerjakan tugas, atau bahkan dia merasa sedih. 

Tanyakan hal yang bisa dilakukan ketika anak ternyata tak mencapai nilai yang disyaratkan. Cari tahu juga kemungkinan penyebabnya.

“Mungkin dia sebenarnya mengerjakan tugas dengan baik dan terlihat maksimal, tetapi ternyata nilainya tidak sesuai target yang dimiliki guru. Berarti ada hal lain yang menjadi alasannya,” jelas Fukha.

Orang tua bisa bertanya kepada guru hal yang bisa mereka lakukan dan apa tindakan guru untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Fukha, apabila ternyata anak masuk kategori underachiever, biasanya guru akan memberikan saran untuk memeriksakannya ke psikolog.

“Sebenarnya itu akan lebih baik untuk anak-anak yang kelihatannya baik-baik saja dalam proses sehari-hari,” jelasnya.

Dengan pemeriksaan psikolog, orang tua diharapkan dapat mengetahui penyebab anak tak mengeluarkan potensi terbaiknya. Psikolog juga dapat memberikan saran tindakan yang perlu diambil untuk menangani kondisi tersebut.

Berikan apresiasi pada anak

Fukha mengingatkan agar orang tua tak lupa memberikan apresiasi kepada anandanya. Jangan hanya sibuk melihat kejelekan atau nilai yang kurang dari anak.

"Orang tua harus mengapresiasi nilai yang bagus dan apa yang menjadi kelebihan anak, karens bisa jadi memang pada bidang dan pelajaran itu anak memiliki bakat yang harus dikembangkan lagi,” kata Fukha.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement