REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru mengungkapkan berada dalam suasana hati buruk dapat membantu beberapa orang mengatur waktu dan lebih produktif. Namun ini hanya berlaku pada ekstrover (memiliki respon emosional cepat, intens, dan bertahan lama) dibanding introver (memiliki respon santai atau rendah).
Penelitian ini dilakukan oleh profesor psikologi di University of Waterloo Tara McAuley dan kandidat PhD Martyn S. Gabel . Mereka mengeksplorasi bagaimana 95 orang mengatasi tuntutan dan tekanan setiap hari tergantung pada suasana hati mereka.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (23/7), peneliti berfokus pada reaktivitas emosional berupa sensitivitas, intensitas, dan durasi tanggapan emosional terkait dengan suasana hati. Hal tersebut adalah faktor-faktor penentu yang mempengaruhi kemampuan melaksanakan tugas.
McAuley dan Gabel selanjutnya menggolongkan kelompok dalam kategori ekstrover dan introver. Dalam penelitian, ekstrover melakukan tugas-tugas fungsi eksekutif lebih baik ketika berada dalam suasana hati yang buruk. Sementara itu di saat yang bersamaan, kemampuan introver akan terhenti.
“Kami tahu reaktivitas emosional berbeda pada setiap orang mulai pada usia yang sangat dini dan perbedaan individu ini memiliki implikasi bagi kesehatan mental di kemudian hari,” kata McAuley.
Ia memperingatkan orang lain tidak seharusnya menginterpretasikan hasil ini dengan keliru, yakni beranggapan tidak masalah jika terus bersedih. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan hubungan antara sifat orang dengan suasana hatinya, tetapi beberapa penelitian menunjukkan ekstrover lebih terbiasa mengalami emosi negatif.