REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah keluarga, sistem keuangan bisa diatur sesuai kesepakatan. Setiap pasangan suami istri (pasutri) memiliki kenyamanan berbeda dalam mengelola keuangan rumah tangga.
Ada yang menyerahkan sepenuhnya kepada istri atau sebaliknya dalam kendali penuh suami. Ada pula yang menerapkan pengelolaan keluar masuk dana harus diketahui bersama.
Tetapi menurut Indah Hapsari Arifaty, Co-Founder dan Head of Adviser, Jouska Indonesia, yang bahaya, jika salah satu di antaranya ada yang tidak melek literasi keuangan keluarga.
Misalnya, semua keputusan keuangan ada di salah satu pihak. "Hati-hati kalau seperti itu, karena pasangan harus sama-sama teredukasi, tidak peduli suami, istri. Kalau ada salah satu yang meninggal, misal istri tidak dilibatkan semua keputusan keuangan, pernah ada kasus ditinggalkan warisan Rp 5 miliar, istrinya bingung," tuturnya.
Karena itu, penting sekali, bagi suami dan isteri punya literasi keuangan yang sama. Jika suami katakankan lebih mengerti, maka harus mengedukasi sang istri, begitu juga sebaliknya.
Indah kembali mencontohkan kasus jika salah satu pasangan meninggal. Untuk mencairkan dana yang ditinggalkan di bank juga tidak mudah, misalnya.
Maka dari itu, penting pasangan sama-sama tahu semua keputusan keuangan keluarga. Di samping itu, terutama bagi yang sama-sama punya pendapatan, Indah menyarankan kompromi sejak awal. Sebaiknya pasangan yang sudah menikah perlu sekali duduk bersama menentukan dari awal.
"Coba tentukan maunya bagaimana, pilih mana saja yang cocok. Tapi dibaginya harus adil, bukan sama rata. Kalau gaji suami lebih gede ya pengeluaran lebih gede juga," ujarnya menambahkan.
Sebaiknya juga selalu punya akun bersama seperti untuk dana pendidikan, dana darurat. Tidak lupa juga memiliki investasi seperti saham, obligasi.