Rabu 07 Mar 2018 08:35 WIB

Kota tanpa Sinyal Ponsel, WiFi, Radio, dan TV

Tower sinyal terdekat letaknya ratusan mil dari kota.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Teleskop radio terbesar di Bumi, terletak di Green Bank, Virginia.
Foto: Flickr
Teleskop radio terbesar di Bumi, terletak di Green Bank, Virginia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Green Bank, sebuah kota di Pocahontas Country, Virginia Barat, Amerika Serikat mungkin menjadi salah satu tempat hunian paling tenang di muka Bumi ini. Kota ini tidak memiliki sinyal ponsel, tidak ada jaringan internet (WiFi), bahkan tak ada radio dan televisi.

Meski demikian, Green Bank bukanlah kota yang gagap teknologi. Kota ini sebaliknya adalah kota tempat berdirinya teleskop radio terbesar di Bumi, bernama The Robert C Byrd Green Bank Telescope (GBT) yang dioperasikan oleh National Radio Astronomy Observatory. GBT menjadi alasan mengapa kota ini tak bisa bereaksi dengan sembarang elektromagnetik.

Teleskop radio GBT bekerja dengan mendeteksi gelombang elektromagnetik yang datang dari galaksi lain nun jauh di sana. Teleskop ini sangat sensitif menangkap sinyal. Makanya, jika ada emisi gelombang radio lain sesamar apapun, termasuk sinyal dari ponsel pintar Anda dapat mengganggu pembacaan teleskop ini.

Dilansir dari Amusing Planet, Rabu (7/3), semua ponsel, WiFi, radio, dan perangkat komunikasi lainnya dilarang beroperasi di sini demi alasan tersebut. Tower provider didirikan ratusan mil jauhnya dari kota ini. Tidak ada radio yang memutar musik, tidak ada sinetron dan film diputar di televisi, bahkan mobil yang diperbolehkan hanya yang berbahan bakar bensin.

Batas zona tanpa sinyal di kota ini mencapai 13 ribu mil per segi. Wilayah di Green Bank ini disebut The National Radio Quiet Zone, terletak di sekitar pedesaan yang jarang penduduknya di perbatasan Virginia Barat, Virginia, dan Maryland.

Kehidupan tanpa sinyal gawai dan transmisi radio di Green Bank mungkin tampak mustahil bagi mereka yang tak bisa hidup tanpa ponsel. Akan tetapi, uniknya, ada sekitar 140 orang penduduk yang mau tinggal di kota ini dan tetap hidup bahagia.

Anak-anak tidak terpaku pada layar gawai seperti anak-anak perkotaan lainnya. Mereka benar-benar berbicara satu sama lain, bukan melalui pesan singkat alias SMS. Kakek nenek membuka jendela rumahnya dan saling menyapa tetangga satu sama lain. Jika mereka ingin berbicara dengan seseorang di luar sana, maka ada telepon umum yang dirancang khusus dan jaraknya pun cukup jauh.

Selama beberapa tahun terakhir, banyak orang memutuskan tinggal di Green Bank karena di kota sebelumnya mereka menderita hipersensitivitas elektromagnetik (EHS), penyakit yang masih diteliti secara ilmiah. Orang yang menderita penyakit ini mendapatkan gejala pusing, mual, ruam, denyut jantung tak teratur, lemah, dan nyeri dada akibat radiasi elektromagnetik.

"Hidup memang tak sempurna di sini. Tak ada toko, restoran, rumah sakit terdekat. Namun, di sini setidaknya saya sehat. Saya bisa melakukan banyak hal. Saya tidak terbaring di tempat tidur dan menderita sakit kepala sepanjang waktu," kata Diane Schou, salah seorang imigran penderita EHS yang pernah datang ke Green Bank bersama suaminya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement