REPUBLIKA.CO.ID, Brryan Jackson masih berusia 10 bulan ketika peristiwa kejam itu terjadi. Saat itu, ayah Jackson yang bekerja sebagai teknisi Rumah Sakit St. Louis, Brian Stewart, menginjeksi Jackson dengan darah positif HIV.
Tindakan kejam itu dilakukan Stewart karena ia tidak ingin memberikan biaya perawatan anak kepada kekasihnya sekaligus ibu dari Jackson, Jennifer Stewart. Dengan menginjeksi darah positif HIV, Stewart berharap Jackson yang merupakan darah dagingnya tidak akan hidup lama.
"Kamu tidak perlu mencariku untuk biaya tunjangan anak, karena anak laki-lakimu itu tidak akan hidup lama," ujar Brian Stewart kepada Jennifer Stewart ketika ia memutuskan hubungan mereka.
Atas perbuatan kejamnya, Brian Stewart harus menjalani hukuman di penjara pada 1998 lalu. Meski ia sudah mempertanggungjawabkan perbuatan kejamnya, nasib Jackson yang sudah terinfeksi HIV dan berkembang menjadi AIDS tidak dapat diubah.
Akibat dari infeksi virus HIV, Jackson harus menjalani masa pengobatan yang sangat melelahkan sambil terus bertumbuh besar. Dalam proses pertumbuhannya, Jackson harus kehilangan 80 persen dari pendengarannya. Selain itu, hingga saat ini Jackson pun tetap harus meminum obat-obatan setiap hari.
Kini, Jackson telah memasuki usia ke-25. Mendapat perlakuan buruk yang membuatnya terpaksa hidup dengan HIV/AIDS ternyata tidak membuat Jackson meratapi nasib atau pun merasa marah.
Sebaliknya, di tengah kondisi yang menyulitkannya, Jackson memilih untuk menjalani hidup dengan pikiran yang positif. Bagi Jackson, ada dua pilihan yang dapat ia ambil dalam hidupnya di mana salah satu pilihan tersebut ialah marah terhadap situasinya saat ini, atau pilihan kedua, tetap menikmati hidup dengan kondisinya. Jackson pun memilih opsi yang kedua.
"Hidup itu tentang melakukan hal menyenangkan, bertualang," ujar Jackson.
Sikap positif yang dimiliki Jackson juga mendorongnya untuk menjadi aktivis AIDS sekaligus pembicara meski cara berbicaranya kerap terhambat akibat kondisi tubuhnya. Suatu saat, Jackson pun bermimpi agar bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Hanya saja, untuk saat ini ia lebih fokus dalam membantu ibunya membesarkan enam orang anak.
Terkait perbuatan ayahnya, Jackson tidak merasakan marah, dendam atau pun menyalahkan sang ayah. Sebaliknya, Jackson percaya bahwa setiap orang punya kesempatan untuk bertaubat dan mendapat ampunan dari kesalahan yang pernah mereka lakukan, begitu pula dengan sang ayah.
Selain itu, Jackson juga mengaku sudah memaafkan sang ayah meski ia belum berhasil bertemu langsung dengan ayahnya. Dengan menjalani hidup secara positif, Jackson pun ingin menunjukkan kepada sang ayah apa yang bisa ia perbuat dan capai dengan kondisinya saat ini.
"Saya tidak tahu apa yang ia (ayah) pikirkan atau apa yang ia lakukan. Akan tetapi, karena saya sudah memaafkannya, hanya itu yang bisa saya lakukan. Menjalani hidup saya dan menunjukkan padanya apa yang telah saya lalui (dan capai)," ujar Jackson seperti dilansir dari laman PIX II.