Kamis 13 Oct 2016 08:16 WIB

Takaran Kaya atau tidak Menurut Safir Senduk

Rep: Sri Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Pakar pengelolaan keuangan menyebut takaran kekayaan seseorang tidak selalu dilihat dari penghasilannya. Melainkan dari banyaknya uang yang diinvestasikannya.
Foto: Pixabay
Pakar pengelolaan keuangan menyebut takaran kekayaan seseorang tidak selalu dilihat dari penghasilannya. Melainkan dari banyaknya uang yang diinvestasikannya.

REPUBLIKA.CO.ID, Selama ini, karyawan dianggap sebagai sosok dengan penghasilan terbatas jika dibandingkan dengan profesional dan pengusaha. Menjadi karyawan seakan menandakan masa depan yang kurang terang, sebab besaran gaji per bulan telah ditentukan oleh perusahaan.

Hal ini disanggah oleh perencana keuangan, Safir Senduk. Baginya, kekayaan seseorang tidak dilihat dari besaran pendapatan perbulan. Bukan dari tingginya jabatan dan tingkat ketenaran, bukan pula dari banyaknya pesanan yang diperoleh.

“Orang kaya juga tidak diukur dari seberapa banyak tas mahal, mobil mewah, barang branded, dan barang konsumtif lainnya. Orang yang kaya adalah orang yang paling banyak berinvestasi,” kata dia, beberapa waktu lalu.

Oleh Safir, investasi diartikan sebagai sebuah tindakan untuk meningkatkan nilai aset yang dimiliki. Ini dilakukan karena dua alasan. Pertama, setiap orang pasti memiliki kebutuhan dan target-target finansial yang harus dipenuhi di masa mendatang. Bujangan biasanya memiliki target untuk menikah. Biaya pernikahan yang ditanggung sendiri atau ditanggung bersama orang tua dapat meningkatkan harga diri seorang menantu di hadapan mertua.

Bagi yang sudah menikah, ada banyak target yang masih ingin dicapai. Misalnya, ingin punya tempat tinggal dan kendaraan sendiri, ingin menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi, ingin berlibur, dan sebagainya.

Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, seseorang perlu merencanakan keuangan mereka di masa mendatang. Investasi menjadi pilihan yang tepat. Namun, ada beberapa kendala yang biasanya dihadapi seseorang ketika ingin memulai berinvestasi. Misalnya, minim pengetahuan tentang bidang investasi yang dimasuki, mahalnya biaya investasi produk, uang yang ada hanya cukup untuk satu atau dua produk, dan sebagainya.

Menurut Safir, reksadana menjadi alternatif yang bisa dipilih oleh orang-orang yang masih awam dalam berinvestasi. Dalam reksadana, uang yang disetorkan akan dikelola oleh perusahaan manajemen investasi. Mereka adalah para ahli dalam mengelola keuangan.

Dengan mengikutsertakan diri pada program investasi reksadana, nasabah akan mendapatkan beberapa keuntungan. Pertama, pengelolaan keuangan dilakukan oleh para ahli. Kedua, nasabah bisa fokus untuk bekerja di bidang masing-masing karena ada pengelola keuangan yang terpercaya. Ketiga, harga reksadana relatif lebih terjangkau dibandingkan program lain. Keempat, dengan dana terbatas, nasabah bisa memeroleh berbagai macam produk karena uang yang dikumpulkan telah diikutsertakan dalam berbagai produk.

Pemilihan reksadana hendaknya dilakukan berdasarkan tujuan. Umumnya, nasabah mempunyai dua tujuan utama dalam berinvestasi, yaitu untuk mencapai tujuan di masa depan dan untuk mencari kesejahteraan. Setelah itu, tentukan pula berapa lama tujuan itu ingin dicapai.

Perusahaan manajemen investasi juga memberikan pengaruh besar terhadap besaran profit dan banyak hal lain. Untuk itu, nasabah perlu cermat dalam memilih perusahaan. Reputasi menjadi pertimbangan yang tak boleh diabaikan. Berapa lama perusahaan itu berdiri, seperti apa pengalaman dalam menghadapi kondisi ekonomi yang fluktuatif, kualitas para wakil manajer investasi yang ada di dalamnya, dan sebagainya perlu menjadi perhatian.

“Sudah seberapa banyak dana yang dikelola, nasabahnya berapa banyak. Ke mana dia berinvestasi,” ujar Safir melanjutkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement