REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan swasta penyelenggara olah raga lari virtual asal Indonesia, Cause, berharap kegiatan lari virtual atau daring dapat menjadi tren gaya hidup sehat yang baru bagi masyarakat di Indonesia. Co-founder sekaligus CEO Cause Enrico Hugo mengatakan tren olahraga lari virtual atau virtual run sudah dimulai selama sekitar empat atau lima tahun terakhir di beberapa negara di wilayah Asia Tenggara, terutama di Singapura.
"Pada awalnya, kami melihat ada perubahan gaya hidup sehat yang baru di Singapura, khususnya melalui olahraga lari. Kalau sebelumnya, lari itu harus dilakukan bersama-sama di satu lokasi yang sama, maka sekarang ada yang namanya virtual run," kata Enrico dalam konferensi pers di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (11/2).
Dengan virtual run, menurut dia, maka masyarakat di seluruh Indonesia dapat ikut berpartisipasi tanpa batasan tempat dan waktu. Lari tersebut dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun selama periode kegiatan itu berlangsung.
"Kami berharap kegiatan tersebut dapat membawa dampak positif, sekaligus menjadikan lari virtual sebagai salah satu tren gaya hidup sehat yang baru bagi masyarakat di Indonesia. Jadi, kita bisa sama-sama berlari walaupun tidak di waktu dan tempat yang sama," ujar Enrico.
Seiring dengan berjalannya waktu, Co-Founder dan CFO Cause Nicholas Ng menuturkan kegiatan lari virtual kini tidak hanya sebagai ajang olahraga lari, tetapi juga dimanfaatkan sebagai ajang menumbuhkan kepekaan serta rasa peduli terhadap kaum yang membutuhkan. "Misalnya, ada yang namanya Run for Cancer, atau lari sekaligus donasi bagi warga yang menderita penyakit kanker. Ada juga Run for Alzheimer, dan masih banyak lagi ajang lari virtual yang tidak hanya untuk berlari, tetapi juga berbagi atau beramal," ujar Nicholas.
Baru-baru ini, Cause mengadakan virtual run bertema Run To Empower 2019 yang bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Lari virtual itu telah dilaksanakan mulai 21 Januari 2019 hingga 3 Februari 2019.
Dari kegiatan tersebut, terkumpul donasi sekitar Rp 74 juta yang selanjutnya akan digunakan menyelenggarakan tiga seminar bertema disabilitas. Pertama, seminar bertajuk "Berdaya Melalui Kerja" yang digelar pada 11 Februari 2019 di Perpustakaan Nasional.
Kedua, seminar bertajuk "Bukan Sekedar Bisnis" pada 13 Februari 2019 bertempat di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Ketiga, seminar bertajuk "Menjadi Perusahaan Inklusif" pada 15 Februari 2019 di Kementerian Ketenagakerjaan.
"Kedepannya, kami akan berusaha terus konsisten menggelar kegiatan virtual run dengan mengangkat tema atau isu-isu mengenai kemanusiaan. Jadi, ini bukan hanya sekedar lari virtual, tetapi juga charity run atau lari sambil berdonasi," kata Nicholas.