REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Balai Bahasa Yogyakarta, Pardi Suratno, membagikan tips-tips dalam komunikasi secara universal. Khususnya, berkomunikasi yang memberi pesan santun kepada orang-orang yang menerimanya.
"Pertama memang harus berawal dari niat yang baik, niat untuk tidak melukai orang lain, niat itu yang akan memberikan pembawaan kita menjadi baik pula," kata Pardi saat mengisi Diklat Inspiratif Republika di Balai Bahasa Yogyakarta, Rabu (13/3).
Lalu, ia mengingatkan, dalam melakukan komunikasi kita harus berusaha tahu kondisi orang lain. Artinya, kita harus bisa menempatkan diri, sehingga bisa mengatahui seperti apa komunikasi yang tepat kita lakukan.
Jangan dibuat-buat menjadi tips selanjutnya. Bagi Pardi, berkomunikasi secara jujur menjadi sangat penting, yang secara alam bawah sadar akan mempengaruhi pembacaan kita dalam melakukan komunikasi.
Kemudian, perhatikan pemilihan bahasa yang hendak kita gunakan. Sebab, jika tidak memperhatikan, kadang secara tidak sadar bisa melukai orang lain yang tentunya tidak baik dilakukan.
"Kadang sekadar sapaan-sapaan itu perlu, itu memberikan penghargaan kepada orang lain," ujar Pardi.
Pardi menceritakan, di Kalimantan misalnya, ada partikel 'kah' yang memiliki peran penting dalam berkomunikasi. Selain sapaan khas, partikel 'kah' di sana menjadi penegasan etika.
Namun, ia mengingatkan, tips-tips itu memang bersifat kondisional. Artinya, tidak jarang bahasa-bahasa yang tinggi dan halus sekalipun, masih bisa melukai orang lain jika memang diniatkan melukai.
"Kalau memakai bahasa halus tapi melukai, itu tetap tidak santun, jadi hormati orang lain, hormati orang lain jika kita mau dihormati orang lain," kata Pardi.