REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Memberikan pengetahuan tentang pengelolaan sampah kepada anak dinilai lebih efektif. Menurut pendiri waste4change Mohammad Bijaksana Juneroseno, mengajarkan pengelolaan sampah bijak kepada anak lebih mudah lantaran di usia dini anak berada pada fase keemasan.
“Sangat mudah mengajarkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah bijak kepada anak. Bagaikan kita melukis di kanvas kosong, masih polos mudah diarahkan,” jelas Seno dalam sebuah diskusi di kantor Edelman Jakarta, Rabu (31/7).
Kendati demikian, kata Seno, usaha untuk mengajarkan pengelolaan sampah bijak kepada anak-anak tidak akan membuahkan hasil jika tidak didukung oleh lingkungan dan keluarga. Ketika di sekolah anak diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, namun ia hidup di lingkungan dan keluarga yang tidak bijak mengelola sampah, maka kemungkinan besar si anak pun akan meniru kebiasaan buruk tersebut.
“Tentu anak akan merasa dilema. Kata bu guru, dia harus membuang sampah pada tempatnya tapi di sekelilingnya, tetangganya bahkan keluarganya masih sering buang sampah ke sungai misal. Ya otomatis pengetahuan tentang pengelolaan sampah dengan bijak tidak akan diterapkan oleh anak,” ungkap Seno.
Karenanya, dia mengajak semua elemen masyarakat untuk bergerak bersama dalam mengelola sampah. Tidak boleh ada lagi alasan dari masyarakat untuk tidak memilah sampah, karena dengan metode itu diyakini bisa mengurangi sampah hingga 70 persen.
Seno menyampaikan, memilah sampah bisa dilakukan dengan cara sederhana dan dana yang tidak seberapa. Secara garis besar sampah harus dipilah menjadi tiga macam yaitu sampah organik, anorganik dan sisa makanan.