REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menulis adalah sebuah keberanian. Kalimat menggetarkan tersebut terpampang di dinding, di samping potret sastrawan Indonesia yang memopulerkannya. Dia adalah almarhum Pramoedya Ananta Toer atau yang biasa disapa Pram.
Kutipan menyambut siapapun yang datang ke pameran Jejak Langkah Pram di lantai empat RBOJ Cafe, Jakarta Selatan. Pameran digelar oleh rumah produksi Falcon Pictures bersama keluarga Pram mulai 5 Agustus 2019 sampai akhir bulan.
Putri keempat Pram, Astuti Ananta Toer, mengatakan pameran dihelat untuk mengenang karya-karya ayahnya. "Ada 52 novel beliau yang sudah terbit, belum termasuk karya yang hilang dan belum terbit," ujarnya.
Dia berharap lebih banyak orang bisa mengetahui riwayat sang ayah dan kembali membaca sejarah Pram. Pameran turut menyasar generasi milenial yang didorong untuk lebih mengenal Pram dan mencintai sastra.
Produser Falcon Pictures, Frederica, bersyukur bisa turut mengangkat karya-karya Pram. Bulan ini, pihaknya akan merilis dua film yang diadaptasi dari dua novel Pram yakni Perburuan dan Bumi Manusia.
Dua sinema itu tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 15 Agustus 2019. Menurut Frederica, akan sangat sesuai jika Agustus yang merupakan bulan penting bagi kemerdekaan Indonesia dan waktu perilisan film ditetapkan menjadi bulan Pram.
"Pameran Jejak Karya Pram mengajak semua orang merasakan karya-karya Pram. Kami berharap, dengan digelarnya pameran ini bisa memberikan sesuatu yang berarti untuk karya-karya Pak Pram,” ungkapnya.
Pameran terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Pengunjung bisa menyimak linimasa kehidupan Pram, karya-karya pentingnya, juga berbagai arsip krusial. Ada pula ruangan khusus tempat memutarkan dokumenter wawancara dengan Pram.