REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Negara-negara Eropa dinilai 'cuek' dalam memandang ancaman terhadap komunitas Muslim. Hal itu dilaporkan Badan Uni Eropa untuk Hak Fundamental (EUAFR).
"Terlalu sedikit negara-negara Eropa yang mengumpulkan data tentang kejahatan tersebut. Ini tentu mengkhawatirkan. Untuk itu, kami perlu menyerukan kepada negara-negara Eropa guna mengumpulkan dan memublikasikan data tersebut," kata Katya Andrusz, komisioner EUAFR, seperti dilansir Deutsce Welle, Senin (19/8).
EUAFR telah mempelajari data yang dilaporkan oleh proyek "Tell Mama" yang disponsori Pemerintah Inggris ihwal data statistik insiden kekerasan dan permusuhan terhadap umat Islam.
Dari laporan itu, diketahui telah terjadi 1.200 serangan Islamofobia di Inggris Raya dalam 18 bulan. Yang mengkhawatirkan dalam laporan itu, menurut EUAFR, serangan anti-Islam terjadi hampir 10 kali lipat selepas tragedi pembunuhan tentanra Inggris.
"Serangan memang lebih banyak di internet dan jalan raya. Tapi, yang signifikan memang dari aktivitas online," kata laporan Tell Mama.
Para ahli menuduh politisi Eropa berpaling dari meningkatnya serangan anti-Muslim. "Saya kira ini merupakan kewajiban negara-negara anggota guna mengetahui insiden yang terjadi sehingga masalah ini dapat ditangani," kata Andrusz yang menyebutkan hanya enam dari 28 negara Uni Eropa yang mencatat insiden Islamofobia.
EUAFR, kata Andrusz, pun meminta umat Islam melaporkan setiap ada kejadian serangan Islamofobia. Permintaan ini disampaikan mengingat hanya 40 persen umat Islam yang melaporkan kejadian itu.
"Jika Anda tidak melakukannya, generasi berikutnya akan menderita dan akan terus menderita," katanya.