Kamis 24 Nov 2016 08:46 WIB

Muslim Khawatirkan Panggilan Identifikasi

Rep: Lida Puspanigtyas/ Red: Winda Destiana Putri
Muslim Amerika.
Muslim Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Muslim di AS khawatirkan jajak pendapat yang meminta mereka mengidentifikasi diri sebagai Muslim, Rabu (23/11). Pekan ini mereka mendapat panggilan otomatis di ponselnya yang meminta menekan satu jika mereka Muslim dan dua jika bukan.

Sebagian besar takut pemerintah akan menggunakan pengidentifikasian itu sebagai awal pengintaian. Presiden terpilih, Donald Trump telah berjanji akan mendaftar Muslim yang ada di AS dalam registrasi khusus.

Faktanya, panggilan itu adalah bagian survei oleh Emerge USA, sebuah organisasi non-provit yang ingin memperkuat Muslim-Amerika. Kelompok itu membuat algoritma untuk memanggil Muslim.

Direktur Emerge USA bagian Virginia, Sarah Cochran mengatakan organisasinya ingin mengetahui  pandangan dan pengalaman mereka soal pemilu 8 November lalu. Cochran ingin memastikan bahwa peserta jajak pendapat itu adalah Muslim. "Semua kerja kami akhirnya terimbas, banyak orang tidak ingin berpartisipasi karena mereka takut," kata Cochran. Menurutnya, kelompok Muslim telah salah paham dengan menganggap pengidentifikasian itu dari pemerintah Trump.

Sejak kemenangan milyarder itu, kehidupan Muslim di AS jadi seperti diujung tanduk. Trump memilih seorang anti-Islam sebagai penasihat keamanan negaranya. Michael Flynn menyebut Islam adalah kanker di dalam tubuh 1,7 miliar orang di planet Bumi.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

  • 1 kali
  • 2 kali
  • 3 kali
  • 4 kali
  • Lebih dari 5 kali
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement