REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Investasi sumber daya manusia (SDM) Indonesia dinilai luput dari perhatian para bakal calon presiden (capres) dan bakal calon wakil presiden (cawapres) yang nama-namanya sudah mulai mencuat ke publik saat ini.
Wakil Ketua Lembaga Demografi (LD) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Indonesia (UI), Abdillah Ahsan mengungkapkan, para kandidat umumnya menitikberatkan pada investasi perekonomian Indonesia di masa depan. Sementara, mereka tidak memperhatiakn investasi SDM Indonesia dalam menyambut bonus demografi selama lima tahun pada 2030 sampai 2035.
"Jika investasi SDM Indonesia tidak diperhatikan oleh pemimpin mendatang, maka negara ini akan kehilangan manfaat dan dampak positif dari bonus demografi yang seharusnya sangat menguntungkan bagi Indonesia," tutur Abdillah Ahsan, Kamis (20/3).
Pasalnya, lanjut Abdillah, jumlah penduduk usia anak-anak dan lanjut usia (lansia) akan lebih sedikit dari penduduk usia produktif. Hal ini tentu menguntungkan, papar Abdillah Ahsan, karena "dependency ratio" penduduk tidak produktif (anak-anak dan lansia) lebih kecil dari penduduk usia produktif.
Namun bonus demografi ini, jelas Abdillah Ahsan, akan menjadi sia-sia dan tidak bermanfaat jika penduduk usia produktif pada 2030 hingga 2035 tidak memiliki pekerjaan, tidak sehat (sakit-sakitan) dan tidak terdidik. Apalagi hingga saat ini belum tampak jelas visi ke depan pemimpin Indonesia mendatang perihal investasi SDM.
"Pemerintah jangan hanya memikirkan pertumbuhan ekonomi saja seperti soal pangan, sapi dan perusahaan. Investasi SDM untuk menyambut bonus demografi juga perlu diperhatikan, seperti pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja," tegas Abdillah Ahsan.