REPUBLIKA.CO.ID, Tidur memiliki manfaat untuk mengistirahatkan tubuh dan pertumbuhan badan anak, terutama tinggi badannya. Selain itu, tidur juga berguna untuk perkembangan otak anak, pemulihan secara fisik, serta pemulihan emosi dan psikologis anak. “Akan tetapi, ada sebagian anak yang meng alami masalah tidur,” kata Dr dr Rini Sekartini SpA(K).
Dari pengalaman praktiknya, Rini melihat ada sejumlah masalah tidur yang sering dijumpai pada anak. Waktu tidur yang tidak teratur, contohnya. Anak tidur terlalu malam sehingga pada pagi hari bangun lebih siang. Balita ada pula yang masih sering terbangun dua hingga tiga kali malam hari. Seharusnya, setelah usia satu tahun, saat tidur malam tidak lagi terbangun. “Waktu tidur yang tidak tepat, berkaitan dengan pola tidur anak yang tidak teratur atau orang tua sengaja membangunkan anak saat pulang dari kantor menjadi penyebabnya,” papar dokter spesialis anak ini.
Selain masalah tidur anak tersebut, Rini menjelaskan anak juga kerap kali mengalami gangguan tidur seperti gemeretak gigi atau bruksisme. Kasus ini dapat dijumpai pada beberapa anak, tetapi angka kejadiannya tidak terlalu banyak. Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, sebagian akan menghilang dengan sendirinya. Kebiasaan menggesek-gesekkan gigi selama tidur terjadi pada 50 persen anak. Namun, hanya sedikit penelitian yang bertujuan menemukan penyebab, konsekuensi, dan tata laksana bruksisme pada anak.
Gangguan tidur lainnya adalah somnambulisme (sleepwalking), yakni kebiasaan berjalan dalam tidur. Rini menjelaskan, sekitar 15 persen anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode berjalan dalam tidur. Hanya enam persen anak yang mengalami gangguan ini secara kronis. “Sering kali gangguan ini membaik selama masa remaja tanpa perlu tata laksana,” jelasnya.
Rini juga mengungkapkan teror tidur (sleep terror) sebagai bentuk gangguan tidur. Teror tidur adalah episode nokturnal dari rasa teror ekstrem yang membuat panik dan umumnya terjadi pada awal periode tidur. Anak dengan gangguan berupa teror tidur mengalami episode menakutkan yang terjadi saat terbangun dari tidur gelombang lambat dan sering disertai dengan menjerit, menangis, dan agitasi. Anak yang mengalaminya sering sulit dibangunkan dan memiliki ingatan yang terbatas mengenai isi mimpinya.
Teror tidur terjadi sebanyak enam persen dan lebih umum terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. “Sama se perti somnambulisme, teror tidur umumnya membaik selama masa remaja tanpa perlu tata laksana,” ujar Rini.
Gangguan lainnya adalah mimpi buruk (nightmare). Menurut Rini, mimpi merupakan suatu kilas balik dari aktivitas mental yang terjadi selama tidur. Mimpi terjadi pada semua tahap tidur. Mimpi buruk merupakan gambaran hidup yang menakutkan sehingga anak dapat tiba-tiba terbangun dari tidurnya.