REPUBLIKA.CO.ID, Apa yang disantap perempuan di masa kecilnya berdampak lebih besar pada berat badan bayinya, ketimbang apa yang ia makan di masa dewasanya. Penelitian terbaru menyatakan hal tersebut.
Penemuan itu menyarankan, 'kamu adalah apa yang ibumu makan'. Dan, apa yang dikonsumsi perempuan di masa dewasanya tidak memengaruhi kesehatan seperti apa yang diperkirakan sebelumnya.
Prof Christopher Kuzawa di Northwestern University, Illinois, mengatakan tubuh perempuan seperti menyangga pasokan nutrisi ke bayi masih dalam perut. Artinya, janin sebagai telah dilindungi dari perubahan dalam pola konsumsi perempuan.
Kuzawa menyarankan perempuan hamil untuk melakukan pola makan sehat. Tetapi, ia juga mengatakan mereka tidak perlu khawatir tentang setiap pola makan dan perilaku terkait kesehatan saat masa kecilnya yang mungkin lebih berguna untuk bayinya.
''Ada beberapa berita baik untuk calon ibu. Meski ada hal berbahaya yang harus dihindari selama hamil, dan sejumlah suplemen yang diminum untuk memastikan semua hal dasar terpenuhi. Tubuh ibu sepertinya melakukan tugas yang baik sebagai penyangga nutrisi keseluruhan untuk memasok nutrisi bagi anak dalam perutnya,'' tutur dia.
Dalam batasan pola makan seimbang yang sehat, kuantitas keseluruhan makanan yang dimakan ibu tidak selalu memiliki pengaruh besar ke berat badan bayi. Penemuan itu timbul dari studi selama 30 tahun yang diikuti lebih dari 3 ribu perempuan hamil di Filipina yang anaknya sudah mulai memiliki bayi.
Penemuan mengatakan, pola makan ibu sebagai dewasa tidak terlalu berpengaruh pada berat badan bayinya. Yang lebih penting adalah kondisi nutrisi ibu dan kesehatannya sebagai bayi dan anak-anak. Yang berpengaruh pula adalah pola makan nenek ketika ia hamil dengan ibu bayi.
Temuan ini menimbulkan kaitan bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi sejarah panjang kesehatan dan nutrisi yang lebih dari satu generasi. '' Temuan kami menambah kenyataan yang terus berkembang bahwa kunci untuk memaksimalkan kesehatan generasi mendatang adalah untuk mempromosikan nutrisi dan kesehatan yang baik di balita dan anak-anak, yang akan menjadi generasi ibu selanjutnya.''
Berat badan bayi yang rendah kerap diasosiasikan dengan masalah kesehatan. Termasuk tingginya tekanan darah, kadar kolesterol, dan meningkatnya resistensi terhadap insulin, tanda awal terhadinya diabetes. Mereka yang lahir dengan berat badan kurang juga menghadapi risiko terkena penyakit jantung yang lebih besar.
Studi sebelumnya selalu menekanakan betapa seseorang dibentuk oleh waktu yang dihabiskannya di rahim ibu. Temuan terbaru ini memberi kesimpulan baru kalau hidup sehat perlu dimulai sejak dini. ''Pengalaman janin selama selama sembilan bulan berkaitan dengan memori masa lalu ibu. Dari segi nutrisi dan kesehatannya. Dibanding apa yang ia makan selama hamil,'' kata Kuzawa.