REPUBLIKA.CO.ID,Perjalanan mengajak si kecil bertamu ke ru mah saudara atau ke rabat memang tak me lulu berlangsung mulus. Ada saja hal yang dapat merusak suasana hatinya. Sampai di tempat tujuan pun bukan jaminan semua akan baik-baik saja.
Perbedaan lokasi silaturahim de ngan suasana rumah juga bisa membuat ananda bertingkah. Polahnya kadang dapat membuat orang tua maupun tuan rumah terkejut. “Tentunya, itu bukan alasan untuk meninggalkan buah hati di rumah,” kata psikolog dra Nana Maznah Prasetyo MSi.
Anak-anak mesti tetap ikut bersilaturahim. Anak yang terbiasa bersilaturahim akan memiliki tingkat adaptasi yang lebih baik. Ia juga akan makin luwes dalam bersosialisasi. Oleh karena itu, ajak ananda ikut serta sedini mungkin. Silaturahim tak perlu diajarkan, namun butuh dikenalkan.
Sebaiknya, mereka diajak bukan setahun sekali atau ketika Lebaran tiba saja. “Biasakan anak menerima kunjung an dan bertamu misalnya dengan me ngunjungi rumah nenek, paman atau saudara lainnya,” saran psikolog dari Lembaga Bantuan Psikolog dan Mediasi, SATU Consulting.
Kebiasaan baik tersebut dapat dimulai saat anak sudah mengerti komunikasi dan bisa ber celoteh. Umumnya, di usia satu tahun akan bisa diajak bersilaturahim. Ta pi tentu saja tidak semudah itu. Ada tahaptahapan yang harus dilaku kan orang tua sebelum memperkenalkan anak pada silahturahim.
Sebagai langkah awal, ceritakan kepada anak mengenai makna silahturahim berikut manfaatnya dan tata cara nya. Selanjutnya, berikan gambaran tentang suasana yang akan dihadapinya. “Kita sekarang puasa lho, sebentar lagi Lebaran, dan nanti kita ke rumah nenek untuk silahturahim, maaf-maafan, dan bertemu saudara lainnya,” ujar Nana memberi contoh.
Penjelasan seperti itu akan membuka wa wasan anak. Ia pun mampu mengkait kan gambaran tersebut dengan kata silaturahim. Selain orang tua, guru juga dapat mengambil perannya dalam mengajarkan anak usia sekolah memahami arti penting silaturahim.
Sebelum mengajak anak berlebaran ke rumah saudara, berikan penjelasan hubungan orang tua dengan tuan rumah. Pengenalan susunan anggota keluarga akan membuatnya mengerti pentingnya kunjungan tersebut. Ia juga akan merasa dekat dengan keluarga yang jarang ditemuinya sehari-hari.
Anak perlu mengetahui lokasi yang akan dituju saat berangkat silaturahim. Penjelasan itu sekaligus mengondisikannya untuk beradaptasi. “Nak, hari ini kita mau ke rumah paman. Dia adik ayahmu nak, paman memiliki tiga orang anak, satu laki-laki, dua perempuan,” ujar psikolog Sani B Hermawan mencontohkan.
Perlakuan yang sama juga mes ti diterapkan sebelum pergi ber sama si kecil ke rumah teman ayah dan bundanya. Lantas, agar anak tak bosan selama di perjalanan atau selagi orang tuanya me ngo brol, cairkan suasana terlebih dahulu. Kenalkan dengan anakanak lain hingga ia menemukan keasyikan tersendiri.
Orang tua tak perlu memaksa anak ikut pergi jika anak tak mau berangkat. Biarkan ia di rumah bersama orang ke percayaan. “Kalau memang harus pergi bersama anak, lihat dahulu acaranya, dan prioritaskan kenyamanan si kecil,” saran Sani.