REPUBLIKA.CO.ID, Orang tua yang bertengkar mempengaruhi perkembangan anak. Demikian judul headline sebuah media di Inggris pekan lalu. Judul tersebut sontak membuat hati orang tua berdebar. Siapa sih pasangan yang belum pernah setidaknya membentak pasangannya di depan anak-anaknya?
Studi dilakukan terhadap orang tua dari 58 remaja usia 17-20 tahun. Para orang tua diminta mengingat kehidupan keluarganya sejak anak lahir hingga berusia 11 tahun. Mereka ditanya mengenai keadaan di keluarga saat ada suara meninggi akibat pertikaian, ketika ada barang-barang yang terlempar, hingga ketika terjadi kekerasan fisik.
Peneliti kemudian melakukan pemindaian terhadap otak remaja, untuk mengetahui apakah paparan terhadap situasi yang kurang menyenangkan di rumah mempengaruhi perkembangan otak. Ternyata, studi menunjukkan hubungan antara hubungan yang kurang harmonis di rumah dengan berkurangnya volume bagian abu-abu di otak terutama di cerebellum.
Studi lain telah menghubungkan ukuran cerebellum yang kecil dengan problem kesehatan jiwa seperti skizofrenia, depresi, dan gangguan bipolar. Berkurangnya volume di bagian abu-abu otak juga sering ditemukan pada penderita autisme dan ADHD.
Apakah ini berarti bertengkar di depan anak bisa mempengaruhi perkembangan otak? Jika iya, apakah harus dihentikan, lakukan secara perlahan, atau tidak apa selama tidak ada barang-barang yang dilempar?
Nicholas D Walsh, peneliti dari University of Cambridge, mengatakan perselisihan memiliki dampak kepada keluarga. ''Seperti orang tua yang menderita kecemasan, anak yang absen di sekolah, hingga orang tua yang bercerai,'' katanya.
Kadar perselisihan yang menimpulkan dampak ke otak anak, namun harus tergolong kronis, sering terjadi, dan mungkin berakhir dengan penganiayaan verbal, pelemparan barang, hingga minimnya kehangatan dan komunikasi antarpasangan.
Menurut Walsh, perselisihan kadang tak bisa hindari. Orang tua perlu mencari cara untuk menuntaskan argumen secara sehat.
Kadar interaksi keluarga yang negatif dikatakan Walsh sebetulnya dibutuhkan keluarga. Selama angkanya masih jauh lebih tinggi yang positif ketimbang negatif. Sebab, interaksi pada dasarnya dapat melindungi anak-anak. Sebanyak 27 remaja dari seluruh remaja yang ditelitinya tergolong sehat. Mereka terpapar pada perselisihan keluarga yang tergolong moderat.