Kamis 23 Jun 2016 15:05 WIB

Simpul Senyum di Kampung Cibaeud

Red: M Akbar
Ima Rachmalia
Foto: istimewa
Ima Rachmalia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ima Rachmalia (CEO Sinergi Foundation)

Jika simpul itu sesuatu yang menautkan dua temali yang terpisah, maka saya menemukannya di Cibaeud. Senyum yang merekah senantiasa dari ujung bibir setiap warganya, membuat malu hati ini jika kemudian tak tergugah untuk paling tidak membalas senyum itu, bukan sekadarnya. Sekadar basa-basi, yang menyiratkan pamrih.

Sepenggal waktu lalu, awal Februari 2016, saya menyengaja datang begitu saja, tanpa bertukar kabar dengan Ustadz Gugun, sang pengampu program Lumbung Desa di sana. Meski bukan kali pertama menjejak Kampung yang terletak di Desa Lengkong Jaya Kecamatan Cigalontang, Tasikmalaya itu, kedatangan kali ini terasa beda. Sejak tapak pertama menggurat jejak, hingga 3 hari dua malam setelahnya, simpul itu terasa kian erat mengikat.

Tentu saja simpul yang erat itu tak diikat dalam tempo 3 hari bertatap muka. Mustahil chemistry dibangun, tanpa kesamaan visi menyongsong desa berdaulat, yang dibangun para petani bermartabat. Lepas dari kepentingan invidual yang sempit, apatah lagi untuk kelompok/golongan tertentu saja.

Kondisi ini bukan tanpa godaan. Sebelum keberadaan program Lumbung Desa, ustadz Gungun memang sudah dikenal luas pergaulannya. Maka tak heran jika jejaring pertemanannya kerap datang, untuk berbagai keperluan.

Sesudah peluncuran resmi program Lumbung Desa, 25 Mei 2015 lalu, yang dihadiri langsung oleh Pendiri cum Dewan Pembina SF, Mas Erie Sudewo, Kampung Cibaeud sontak menasional.

Media-media kenamaan semisal Republika dan Pikiran Rakyat, turut serta meliput dan menyebarluaskan. Beberapa media dakwah berbasis online, semisal Islampos.com, alhikmah.co dan suara-islam.com, turut serta mengunggah kabar gembira ini di dunia maya.

Maka, lagi-lagi tak heran jika tetamu terus berdatangan ke Kampung Cibaeud, dengan motif yang juga beragam. Ada yang sekadar beranjangsana, karena lama tak bersua. Ada yang ingin belajar, untuk merintis program serupa di daerahnya. Ada pula yang ingin ini - ingin itu, yang dirasa belum jelas arahnya.

Gungun yang berlatarbelakang pendidikan pesantren ini, rupanya sempat galau. Amanah sebagai koordinator program yang dari sisi skala kemanfaatan terus menunjukkan pertumbuhan, sedikit banyak membuat suasana hatinya gembira, sekaligus khawatir.

Gembira, lantaran kian banyak warga yang merasakan manfaat program. Khawatir, karena membayangkan tantangan yang akan terus bertambah seiring waktu berjalan, baik secara internal kelembagaan Lumbung Desa, maupun eksternal.

Ia pun nekad menyampaikan kegelisahannya kepada saya, di sela perbincangan ringan seputar program, terkait agenda pembenahan administrasi dan penataan kelembagaan lumbung (institutional building). Sebaliknya, saya bersiap di posisi pendengar, sembari sesekali menanggapi, menyisipkan motivasi.

Setengah berkelakar, saya bahkan menantang dia untuk mewariskan amanah, setelah membawa program Lumbung Desa bertumbuh, dan mencetak kader-kader terbaik Cibaeud, sebagai penerusnya! ''Ayo kita bangun dan benahi bersama.''

Senyum pun merekah dari bibir sang ustadz. Binar mata dan anggukkan kepalanya, seolah menyambut ajakan saya. Jika simpul itu sesuatu yang menautkan dua temali yang terpisah, maka saya menemukannya di Cibaeud. Wallahu a’lam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement