Ahad 08 Jan 2017 10:43 WIB

Duel Tiga Menit, Berkelahi Sampai Mati: Hukum Rimba Tarung Jalanan!

Warga negara Inggris yang juga tersangka pembunuhan polisi, David James Taylor, berkelahi dengan pemeran korban Aipda Wayan Sudarsa saat rekonstruksi di Pantai Legian, Bali, Rabu (31/8).
Foto: Antara/Wira Suryantala
Warga negara Inggris yang juga tersangka pembunuhan polisi, David James Taylor, berkelahi dengan pemeran korban Aipda Wayan Sudarsa saat rekonstruksi di Pantai Legian, Bali, Rabu (31/8).

Oleh Selamat Ginting*

-----------------

Di media-media muncul berita perkelahian di jalanan Jakarta, antara kader sebuah partai politik dengan kader organisasi massa. Saya tersenyum geli membaca berita serta foto-fotonya. Mungkin orang percaya begitu saja, tetapi tidak demikian bagi yang pernah atau sering berkelahi fisik.

Saya sekadar mau berbagi pengalaman tentang perkelahian fisik. Maaf. Sekali lagi maaf. Bukan bermaksud sok. Tetapi ini riil.

Dalam kumite (perkelahian bebas) di karate, hanya diberikan waktu tiga menit. Namun lelahnya luar biasa. Mengapa? Karena kita cuma punya waktu tiga menit untuk berpikir cepat mencari poin atau mengejar poin jika tertinggal. Namun, semua dilakukan dengan pukulan maupun tendangan terukur ke arah lawan tanding.

Detik per detik, otak harus terus berpikir apakah pukulan atau tendangan kita masuk atau tidak? Namun demikian, tetap harus berpikir pula untuk tidak mencederai lawan. Begitu selesai laga dan meninggalkan matras, terasa lelah jiwa raga. Berbeda dengan perkelahian bebas di jalanan.

Tetapi, bila anda mendalami ilmu bela diri, maka dalam sekejap kita juga akan tahu apakah lawan kita punya ilmu beladiri atau tidak. Pasti akan langsung terlihat cara seseorang mengambil posisi pertama dalam bahasa tubuhnya.

Jika seseorang punya ilmu bela diri dia akan berpikir cepat untuk bisa menaklukkan lawannya. Tidak perlu memakan waktu lama. Dia akan mengincar bagian-bagian tubuh dari mulai dahi hingga mata kaki yang menjadi titik lemah. Si pemilik beladiri dalam perkelahian di jalanan tidak akan berpikir untuk mengontrol pukulan maupun tendangannya. Tujuannya satu: membuat jera lawannya.

Batas kemampuan maksimal itu satu lawan tiga. Itu pun kalau sudah master bela diri. Lebih dari itu dalam perkelahian bebas di jalanan adalah kematian.

Jadi saya sangat heran ketika ada wartawan dan orang awam yang percaya dengan pengakuan seseorang bahwa dirinya dikeroyok 10 orang dia masih bisa berjalan ke kantor polisi.

Waduh..... Aneh bin ajaib!

 

*Selamat Ginting, Jurnalis Senior Republika/Mantan Atlet Karate.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement