Selasa , 25 Nov 2014, 17:29 WIB
Katakan Terima Kasih Untuk Guru
kegiatan belajar mengajar: Guru (tengah) berinteraksi pada kegiatan belajar mengajar di Sd Negeri 1, daan Mogot, Tangerang, banten, Selasa (2/9). Para guru diharapkan menjadi fasilitator yang aktif sehingga setiap siswa terdorong untuk selalu mencari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Saat Republik ini berdiri hanya 5 persen  masyarakat yang dapat membaca, angka buta hurufnya dahsyat, 95 persen rakyat buta huruf. Bayangkan betapa  beratnya tugas para pemimpin Republik ini terdahulu, ketika itu rakyat­ nya bahkan tidak bisa menulis namanya sendiri.

Pendiri Republik ini memilih untuk optimistis. Bung Karno meluncurkan Gerakan Pember­antasan Buta Huruf (PBH) pasca kemerdekaan. Di Yogyakarta pu­luhan ribu orang datang. Bung Karno mengajak semua orang terdidik untuk ikut mengajar. Ia tak sedang menyelesaikan masalah sendiri, ia  mengajak semua warga untuk terlibat.

Hasilnya mencengangkan, kini angka buta huruf kurang dari 8 persen.  Tak banyak negeri yang dapat mengubah ketidak­ terdidikan total menjadi ke­terdidikan  total. Melek huruf adalah langkah awal, langkah berikutnya adalah akses kepen­didikan berkualitas bagi setiap anak bangsa.

Peningkatan kualitas manu­ sia adalah kunci untuk mengu­ bah arah bangsa ini. Presiden Republik ini, Joko Widodo mengenalkan konsep Revolusi Mental.

Menurut Jokowi, nation building  tidak mungkin maju kalau sekadar mengandalkan pe­ rombakan institusional tanpa melakukan perombakan ma­ nusianya atau sifat mereka yang menjalankan sistem ini.

"Sehebat apa pun kelembagaan yang kita ciptakan, selama ia ditangani oleh manusia dengan salah kaprah tidak akan mem­ bawa kesejahteraan. Sejarah In­ donesia merdeka penuh dengan contoh di mana salah pengelolaan (missmanagement) negara telah membawa bencana besar nasional."

Kunci revolusi mental terse­but ada pada pendidikan. Pen­didikan adalah soal interaksi antar manusia. Interaksi antara pendidik dan anak didik. Anies Baswedan, Mendikbud, me­ngatakan bahwa guru adalah kunci pendidikan. Menurutnya wajah masa depan Republik ini ada di kelas­ kelas. Guru adalah pelukis masa depan Republik ini. Cara kita menghargai guru adalah cara kita menghargai masa depan.

Merevolusi Mental Guru


Mendikbud mengaku akan menurunkan konsep revolusi mental dalam dunia pendidikan di Indonesia. Namun, revolusi mental itu bukan difokuskan kepada anak ­anak, melainkan para pendidik. "Yang harus direvolusi mental adalah pen­ didiknya. Bukan anak  yang menjadi fokus, melainkan gu­runya.  Saya melihat dalam konteks pendidikan, jangan lihat anak ­anak kita sebagai botol yang harus diisi sehingga harus diisi materi sebanyak­ banyaknya," kata Mendikdasmen dalam wawancara dengan Kom- pas dan Kompas.com di Jakarta, Selasa (11/11/2014).

Mantan Rektor Universitas Paramadina, Jakarta,   itu juga menilai proses belajar anak­ anak tidak bisa disamakan dengan berlari sprint. tetapi, ia menganalogikan proses belajar mereka seperti berlari maraton yang stabil dan berkelanjutan. "Jangan sampai anak jadi lelah dalam proses belajar dan mera­sa  bersekolah itu sebagai se­suatu yang membebani, belajar untuk sesuatu yang tak menye­nangkan. Belajar harus menye­nangkan dan membahagiakan," kata penggagas gerakan Indone­sia Mengajar itu.

Ia menggarisbawahi pernyataan Presiden Jokowi yang disampaikan dalam ber­bagai kesempatan bahwa siswa SD dan SMP harus lebih dididik berdasarkan pengembangan karakter. Pada tingkat SMA dan perguruan tinggi, barulah peserta didik lebih dididik un­tuk orientasi prestasi. Mendikbud menyatakan bahwa bagaimanapun juga karakter itu dimulai dengan te­ladan, bukan semacam materi.Konsentrasi penyelenggaraan pendidikan harus pada pen­ didiknya.

Menurut Mendikbud, pen­didik utama bagi anak usia SD dan SMP adalah orangtua. Oleh karena itu, pendidikan karakter tersentral di  rumah. Semen­tara itu,  guru ­guru hingga ke­pala sekolah berperan ketika si anak ada di sekolah. Guru, kata Mendikbud, harus mempunyai teladan yang baik sehingga siswa dapat menjadikan me­ reka sebagai panutan.  "Karak­ter tidak bisa diajarkan lewat lisan dan tulisan semata, tetapi dengan teladan," ujarnya.

Terima Kasih Guru

Coba tanya pada kita, apa­kah kita bisa berkarya hari ini tanpa campur tangan guru? Setiap karya  kita ada jejak nyata guru di dalamnya. Maka beri kehormatan pada guru­ guru kita. oleh karena itu, lanjut Mendikbud, sudah selayaknya jika kita mengucapkan terima kasih secara tulus kepada me­reka,  guru ­guru  kita. Sikap
menghormati guru ini harus kita tumbuhkan, kita jadikan gerakan, sekaligus untuk me­nempatkan guru dalam posisi yang mulia di tengah masya­rakat kita.

Mendikbud menambahkan, pendidikan merupakan gerak­ an semesta yang melibatkan semua pihak. tidak hanya pe­ merintah yang secara konstitu­sional memiliki tanggung jawab untuk memberikan layanan pendidikan yang baik, tetapi juga tanggung jawab moral setiap unsur bangsa Indonesia yang telah merasakan manfaat dari pendidikan.

Oleh karena itu, kata Mendik­bud, spirit yang harus didorong dari bidang pendidikan ada­ lah semangat yang optimistik, memulai dengan mensyukuri perkembangan, memperbaiki kekurangan, dan mengajak semua turun tangan, termasuk dalam memperbaiki mutu guru. Semua pihak harus bergotong royong dan memikul bersama dalam membangun pendidikan kita ke  depan agar menjadi le­bih baik lagi.
 
Mendikbud berharap, pada momentum peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, tumbuh kesadaran bersama dari segenap komponen bangsa kita untuk melakukan gerakan perbaikan mutu pen­didikan secara menyeluruh, termasuk guru ­gurunya, agar ke depan lahir guru guru yang lebih hebat dan meng­inspirasi. Pasalnya, hanya di tangan guru­guru hebat akan lahir generasi Indonesia yang berbudaya dan beradab di masa depan.

Reporter :
Redaktur : Taufik Rachman