REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan terbangun seribu Toko Tani Indonesia (TTI) sepanjang 2016. Untuk mewujudkannya, Kementan melakukan koordinasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM mengoptimalkan keberadaan koperasi pasar agar berfungsi serupa dengan TTI. Keberadaan TTI dinilainya akan efektif menyederhanakan rantai pasok komoditas pangan dari petani ke konsumen.
"Saat ini telah kita bangun 471 TTI sejak Januari 2016, dengan menggandeng koperasi pasar, upaya memangkas rantai pasok akan semakin cepat," kata Mentan di gedung Kemenkop-UKM, Senin sore (30/5).
Ia lantas menyinggung salah satu komoditas pangan yang tengah seksi dibicarakan, yakni bawang merah. Perbedaan harga jual di petani dan pedagang akan terselesaikan dengan mengoptimalkan TTI.
Koordinasi diiringi dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kementan, Kemenkop-UKM dan sejumlah asosiasi koperasi dan pedagang pasar agar bekerja bersama memangkas rantai pasok. Nantinya, MoU akan ditindaklanjuti dengan pertemuan antara Kementan dan pelaku koperasi pasar untuk mempertemukan pedagang anggota koperasi dengan petani.
TTI, lanjut Mentan, akan berkembang dari kawasan Jabodetabek di mana permintaan pangan tinggi dan fluktuasi harga kentara. "Saya punya alamat petani terdekat, dengan pedagang koordinasi agar mendapat pasokan dari sumber pangan terdekat," katanya.
Nantinya, pola rantai pasok hanya akan melalui tiga tahapan saja yakni Petani-Koperasi Pasar atau TTI-Konsumen. Kondisi tersebut akan mampu mengubah struktur pasar lebih sederhana. Tetapi petani bisa mendapat harga beli yang wajar, pedagang juga mendapat keuntungan yang berkelanjutan dan konsumen tidak berat menanggung harga tinggi. Dalam desainnya, Mentan juga akan merancang sentra-sentra produksi pangan yang dihubungkan dengan kawasan distribusi terdekat.