Kamis 11 Dec 2014 16:42 WIB

CIA Banyak Menyiksa, Sering Berbohong, tapi Miskin Hasil

Yeyen Rostiyani
Foto: Republika/Daan
Yeyen Rostiyani

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yeyen Rostiyani

Twitter: @rostiyani

Sebuah artikel menarik berjudul CIA Tortured Many, Lied Often, Gained Little Intel ditemukan di laman Antiwar. Namun, rasanya judul itu cukup mewakili isi laporan Senate Select Committee on Intelligence yang baru disampaikan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pekan ini.

Laporan itu mengenai Program Penahanan dan Interogasi CIA (CIA's Detention and Interrogation Program). Mengejutkan? Rasanya tidak. Sebagian kecil laporan teknik interogasi dan penahanan oleh Badan Intelijen Pusat (CIA) sebenarnya sudah lama bocor dan diungkap media. Termasuk yang kemudian menjadi terkenal adalah salah satu teknik interogasi water boarding.

Dengan teknik itu, orang yang diinterogasi dalam keadaan terikat, mata ditutup, kemudian bagian kepalanya disiram--caranya bervariasi--dengan air. Tujuannya, untuk membuat orang yang diinterogasi merasakan sensasi tenggelam sehingga akan menyerah dan menjawab pertanyaan sang interogator. 

Teknik lainnya yang diungkap laporan itu adalah rectal hydration. Dalam praktiknya, cairan dimasukkan ke saluran (maaf) anus orang yang diinterogasi. Teknik ini pun tak kalah menyiksanya yang diklaim CIA sebagai bagian dari proses demi mendulang informasi intelijen untuk menangkal terorisme. 

Teknik lainnya adalah mengganggu jam biologis tidur dengan memaksa orang yang diinterogasi tidak tidur hingga 180 jam lamanya. Trik lainnya adalah orang yang diinterogasi dipaksa berdiri atau dalam posisi yang menyakitkan sekian lama. 

Mau tak mau, terorisme menjadi isu yang sangat seksi sejak terjadinya serangan 11 September 2001 di AS. Seperti dipaparkan majalah Time, pada 17 September Presiden George W Bush kemudian menandatangani memorandum yang member wewenangan kepada CIA untuk menahan para “teroris”. 

Pada 2 Februari 2002, Bush kemudian menandatangani memorandum yang menyebutkan bahwa Konvensi Genewa tidak berlaku pada konflik global berhadapan dengan Alqaidah. 

Proses yang terjadi selanjutnya mungkin tergambar dalam laporan Senat setebal enam ribu halaman kali ini. Laman BBC menyebutkan, tak satu pun “keberhasilan” dari 20 kasus kontraterorisme adalah hasil dari teknik interogasi yang tepat. 

Sekurangnya 26 orang dari 119 tahanan di program CIA ini menderita. Salah orang dan beberapa orang lainnya ditahan lebih lama dari yang seharusnya. Tak disangkal, laporan Senat mengenai program CIA dalam menangani “para teroris” ini memang mengguncang nalar kemanusiaan.

Petinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia dan Kontraterorisme, Ben Emmerson, mendesak para petinggi senior pada masa pemerintahan Bush yang terlibat dalam program CIA ini untuk diproses secara hukum. Emmerson bahkan berharap, proses hukum juga dilakukan pada personel CIA dan orang dalam pemerintahan AS yang terlibat penyiksaan.  

"Dalam hukum internasional, AS berkewajiban untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab," kata Emmerson yang dikutip BBC. "Jaksa Agung AS memiliki kewajiban hukum untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap orang-orang yang bertanggung jawab."

Senat tampaknya tak akan menindaklanjuti laporan ini. Laman Antiwar menyebutkan, Senator Republik, Richard Burr dari Komite Intelijen Senat, menyebut laporan ini sebagai sebuah “catatan kaki” dalam sejarah AS. Ia mengatakan, tak akan ada sidang dengar pendapat atau pun langkah hukum karena ia tidak melihat ada alasan kuat. 

Senator Republik John McCain bahkan tak menyebutkan pentingnya perubahan kebijakan menyangkut proses interogasi. Orang yang mendesak reformasi kebijakan misalnya Senator Demokrat Jay Rockefeller. Sayangnya, suaranya pun tak lagi bergema karena ia akan memasuki masa pensiun akhir Desember ini.     

Laporan ini, ulas BBC, bahkan mengungkap pertentangan antara CIA masa lalu dan masa kini. Antara Republik (Bush) dan Demokrat (Obama). Namun, Obama agaknya cukup terbuka untuk mengakui citra negaranya yang ternoda. 

Ia pun mencoba mengoreksi kesalahan itu dengan mengakui bahwa banyak hal pada masa lalu yang seharusnya tidak terjadi. Hei... lantas apa langkah konkritnya? Jangan terlalu banyak berharap dulu!

Obama tidak menunjukkan rencananya di ranah hukum. Ia hanya berharap, publikasi laporan itu jangan sampai menjadi sekadar wacana lama yang diperdebatkan pada masa sekarang. "Semoga laporan itu bisa mendorong kita agar tak lagi menggunakan teknik yang mereka lakukan pada masa lalu," ujar Obama. 

Ya, Obama memang melarang teknik interogasi dengan kekerasan pada 2009, saat ia memulai debutnya sebagai Presiden AS. Jadi, peluang proses hukum terhadap orang-orang yang bertanggung jawab dalam penyiksaan tahanan ini memang nyaris tak ada.

Bahkan departemen kehakiman yang pernah melakukan penyidikan untuk dua kasus sejak 2000 telah menarik kesimpulan: bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk mengajukan tuntutan. Akhirnya, mungkin lanjutan laporan setebal enam ribu halaman ini bisa diperkirakan. Semua hanya akan menjadi catatan kaki dalam sejarah AS.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement