Rabu 31 Oct 2018 08:44 WIB

Pembunuhan Khashoggi dan Nasib Pangeran MBS

Jika terlibat Pangeran MBS tak akan lagi menjadi putra mahkota

Teguh Firmansyah
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teguh Firmansyah*

Baca Juga

Kasus terbunuhnya jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi masih menyisakan banyak misteri. Ada sejumlah pertanyaan yang belum dijawab. Pertama, bagaimana sebenarnya Khashoggi dibunuh? Kedua, siapa yang memerintahkan pembunuhan? Ketiga, di mana jasad Khashoggi? Keempat, apa motif di balik pembunuhan tersebut? 

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memang menegaskan pembunuhan Khashoggi yang dilakukan secara terencana dan brutal. Tapi Erdogan seperti sedang bermain 'kartu' dengan Saudi. Ia belum mau mengungkapkan seluruh detil penyelidikan dan justru meminta Saudi menyerahkan tersangka pembunuhan dan mengungkapkan dalang di balik insiden berdarah itu.

Sebaliknya Saudi terkesan menutup-nutupi kasus ini. Awalnya Saudi menyangkal Khashoggi dibunuh di konsulat, tapi belakangan mengakui. Saudi juga berulangkali mengubah skenario dari teori khashoggi terbunuh dalam insiden perkelahian di dalam konsulat, sampai laporan ia dicekik.

Jawaban-jawaban otoritas Saudi cenderung normatif. Belum mengungkap secara teknis kasus tersebut. Namun, satu pekerjaan rumah terbesar Saudi adalah bagaimana membuktikan Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman tak terlibat. 

Nama Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) disebut-sebut terlibat dalam kasus ini karena sejumlah pelaku masuk di lingkaran dekatnya. Penasehat Erdogan menyebut lima dari 15 pelaku yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi adalah tangan kanan Pangeran MBS.

Sejumlah pelaku itu juga tertangkap kamera saat menemani MBS melakukan kunjungan ke luar negeri. Sebut saja nama, Maher Abdulaziz M Mutreb (47 tahun).  Pada tahun ini, Mutreb sudah tiga kali ikut menemani Pangeran MBS. Ia dianggap sebagai sosok operator lapangan yang mengatur pembunuhan.

Mutreb adalah orang penting di tubuh intelijen Saudi. Ia juga pengalaman di dunia diplomasi. Selain nama Mutreb, orang dekat Pangeran MBS yang disangkutpautkan dalam persoalan ini adalah  Saud al-Qahtani. Ia merupakan pembantu utama untuk Putra Mahkota Saudi, Muhammad bin Salman (MBS).

Qahtani adalah orang yang mengelola media sosial MBS. Ia diyakini menjadi pria yang mendalangi penangkapan ratusan elite di negaranya.  Menurut dua sumber intelijen, ia adalah pria yang dianggap memerintahkan pembunuhan Khashoggi melalui Skype.

Pengaruh Qahtani bagi MBS telah begitu luas selama tiga tahun terakhir. Karena itu akan sulit bagi para pejabat Saudi untuk menunjuk Qahtani sebagai dalang pembunuhan tanpa mengajukan pertanyaan soal keterlibatan MBS?

Qahtani pernah berkicau lewat cicitan di Twitter. Ia menegaskan tak akan pernah melakukan apapun tanpa persetujuan atasannya.  "Apakah Anda pikir saya membuat keputusan tanpa bimbingan? Saya seorang pegawai dan seorang pelaksana setia dari perintah tuanku raja dan tuanku putra mahkota yang setia," tulis Qahtani di Twitter musim panas lalu.

Indikasi lain yang menyudutkan MBS adalah lokasi pembunuhan. Aksi sadis ini dilakukan di Konsulat Saudi di Istanbul di Turki yang merupakan simbol perwakilan sebuah negara. Hanya orang penting yang bisa mengkases konsulat. Sebuah rekaman yang bocor memperdengarkan bagaimana pelaku berani membentak-bentak Konsul Saudi. Artinya, para pelaku adalah bukan orang biasa dan didukung oleh orang berpengaruh.

Jika benar pangeran MBS terlibat, maka ini akan menjadi sebuah kabar besar. Artinya, akan ada pergantian dalam strukur kekuasaan di Saudi. Pangeran MBS tak akan lagi menjadi putra mahkota menggantikan Raja Salman. 

Pada 20 Oktober lalu, Middle East Eye mengeluarkan laporan artikel soal kemungkinan pergantian posisi MBS. Pengadilan Kerajaan Saudi disebut sedang mendiskusikan tentang pergantian garis suksesi itu.  AS juga dikabarkan ingin terlibat dalam diskusi tentang kemungkinan terjadinya pergantian putra mahkota tersebut. Salah satu kekhawatiran AS soal MBS adalah sifatnya yang 'labil'. Badan intelijen Inggris dikabarkan juga akan mendiskusikan soal kemungkinan skenario pergantian suksesi itu.

Amerika Serikat dan Inggris adalah negara yang cukup berpengaruh terhadap Saudi. AS merupakan mitra penting dalam perdagangan senjata dan sekutu menghadapi Iran.  Sementara Inggris, adalah negara yang berperan penting dalam memberikan kekuasaan kepada Kerajaan Saudi. Karena itu, jika terjadi sesuatu dalam tubuh pemerintahan Saudi, mereka pasti mengetahui dan memberikan pertimbangan penting ke Kerajaan.

Selain itu, jika AS menjatuhkan sanksi ke Saudi, maka hal ini akan memberikan dampak cukup besar, tak hanya bagi Riyadh tapi juga kawasan. Ini mengingat Saudi merupakan pemain besar dalam perdagangan minyak dunia. Saudi juga sedang berkonflik dengan negara-negara tetangga seperti Iran dan Qatar. 

Lantas apakah pangeran akan diganti?

Setidaknya, dalam waktu dekat sepertinya Pangeran MBS tetap akan berada di tampuk kekuasaan. Saudi tentu tak akan mau kehilangan muka dengan menyerahkan MBS dan mengakui adanya kejahaatan terkoordinir terhadap Khashoggi.

Karena itu satu misi jelas yang dilakukan oleh Saudi saat ini bagaimana nama pangeran tak lagi dikaitkan dengan pembunuhan tersebut.

Pangeran MBS pun telah buka suara dan menegaskan, ia tak terlibat dalam kasus ini.  Hal itu disampaikan MBS dalam sebuah konferensi ekonomi internasional di Riyadh beberapa waktu lalu.

Pangeran MBS dan Raja Salman juga mengundang putra Jamal Khashoggi, Salah Khashoggi ke Istana. Keduanya mengungkapkan rasa belasungkawa atas apa yang terjadi kepada Khashoggi. Hanya ada oknum-oknum nakal yang melakukan tugas di luar kewenangannya.

Raja Salman juga telah memperintahkan Pangeran MBS untuk mereformasi badan intelijen. Ini merupakan langkah Saudi yang ingin menunjukkan kepada dunia bahwa negara maupun putra mahkota tak terlibat. Mereka ingin menunjukkan upaya Saudi memperbaiki keadaan.

Jamal Khashoggi bukan orang baru dalam dunia jurnalis maupun pergerakan internasional. Ia disebut pernah memiliki kedekatan dengan pemimpin Alqaidah, Usamah bin Ladin. Keduanya juga memiliki ketertarikan dalam perang Afghanistan.  Namun Khashoggi meninggalkan Usamah karena dianggap sudah melenceng. Tak hanya itu  Khashoggi juga dikabarkan pernah terlibat dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Gerakan ini masuk dalam organisasi terlarang di Saudi.

Khashoggi pindah ke Amerika Serikat pada 2017 karena kritik-kritik kerasnya terhadap Kerajaan. Salah satunya soal demokrasi dan penegakkan HAM di Saudi. 

Sebaliknya Pangeran MBS adalah calon pengganti utama Raja Salma. Pada 2015 ia ditunjuk sebagai menteri pertahanan yang mengontrol kekuatan angkatan bersenjata. Ia juga mengontrol perekonomian Saudi sebagai kepala Dewan untuk Hubungan dan Pembangunan Ekonomi Saudi.

Pangeran MBS merupakan sosok yang menentukan dalam perang Yaman maupun konflik Saudi dengan Qatar.  Beberapa waktu lalu Washington Post mengeluarkan laporan soal operasi untuk memulangkan Khashoggi ke Saudi. Operasi itu diyakini atas perintah pangeran MBS.    

Oleh karena itu, jika Saudi ingin membela dan mempertahankan Pangeran MBS dari tampuk kekuasaan, maka mereka harus bisa menjawab pertanyaan-pernyataan di awal. Bagaimana Khashoggi dibunuh? Siapa yang memerintahkan pembunuhan? Ketiga, di mana jasad Khashoggi? Keempat, apa motif di balik pembunuhan tersebut?  Jawablah dengan jujur.

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement