Sabtu 20 Dec 2014 06:00 WIB

Kasih Ibu Sepanjang Masa

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.IDOleh : Asma Nadia

Tema apa yang menarik untuk diangkat menjelang Hari Ibu? Sebuah pertanyaan sederhana sengaja saya gulirkan ke Komunitas Bisa Menulis (KBM) di Facebook dan ternyata mendapat tanggapan beragam. Dari berbagai komentar yang ada, saya tertarik pada beberapa kasus yang diajukan komunitas menulis online yang beranggotakan seratusan ribu orang tersebut.

Satu demi satu respons akhirnya mengantarkan rasa penasaran saya pada berita yang terkait dengan sosok ibu sepanjang 2014. Pertama, yang cukup mendominasi adalah kisah Nenek Fatimah. Perempuan berusia 90 tahun yang digugat Rp 1 miliar oleh anak kandungnya sendiri.

Sidang yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang ini berkaitan dengan kasus sengketa tanah. Selain gugatan materiil sebesar Rp 1 miliar sebagai ganti rugi, Fatimah juga digugat untuk hengkang dari lahan yang dijadikan tempat tinggalnya selama ini. Kasus hampir mirip terjadi pada seorang ibu di Bogor yang digugat anaknya dengan tudingan telah menggelapkan rumah milik keluarga.

Kejadian lain yang sekalipun tidak menghebohkan publik, tapi sangat memalukan terjadi di Jambi. Seorang ibu diamankan polisi setelah diketahui mengandung janin dari benih anak kandungnya sendiri. Sang wanita yang sudah kehilangan suami sejak 14 tahun lalu itu berhubungan intim dengan anak lelakinya yang baru berusia 16 tahun hingga dia hamil delapan bulan. Peristiwa serupa terjadi di Sulawesi. Na'udzubillahi min dzalik.

Sementara, Batam turut menyajikan kisah tak kalah buram terkait peran ibu. Seorang perempuan hamil dilaporkan tetangganya ke polisi lantaran suka menganiaya anak kandungnya yang berusia tiga tahun. Sang ibu diduga depresi karena sedang mengandung anak keempat, sedangkan ketiga anaknya masih kecil.

Sebaliknya, terjadi sebuah peristiwa heroik di Cina. Seorang ibu menangkap lengan anaknya yang berusaha bunuh diri dengan meloncat dari jembatan di Huizhou, Cina selatan, Provinsi Guangdong. Ia bertahan untuk memegang tangan putranya yang bergelantungan selama 20 menit sampai petugas pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian dan menariknya ke tempat yang aman. Sebenarnya perempuan tersebut sudah tak kuat lagi menahan, tapi ia tetap memaksakan diri hingga bantuan datang.

Kontras dengan kejadian di atas, berita bunuh diri justru dilakukan beberapa ibu di Tanah Air. Tindakan nekat seperti yang dilakukan wanita berusia 25 tahun di Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, misalnya. Dia ditemukan tergeletak tak bernyawa setelah meminum pembersih WC. Perselingkuhan sang suami membuatnya mengambil keputusan pendek, luput memikirkan kebutuhan buah hati yang masih kecil akan sosok ibu.

Di Tangerang, kasusnya lebih memprihatinkan lagi. Seorang perempuan muda nekat bunuh diri dengan meminum cairan pembersih lantai sambil menyusui anaknya. Sang ibu tewas di dalam kamar kontrakan yang terkunci dari dalam, sementara bayinya ditemukan dalam kondisi membiru dengan mulut berbusa, tapi berhasil diselamatkan.

Di Jawa Timur, tepatnya daerah Lumajang, seorang perempuan gantung diri di kamar mandi saat suaminya terlelap di dalam kamar. Ia nekat bunuh diri karena stres lantaran ditinggal anaknya bekerja ke luar Jawa.

Kisah berbeda datang dari Afghanistan. Seorang ibu melancarkan aksi balas dendam terhadap kaum militan Taliban yang telah menembak mati putranya. Perempuan bernama Reza Gul menembak mati 25 anggota Taliban dan melukai lima orang lainnya dalam sebuah pertempuran bersenjata selama tujuh jam. Diapit putri dan menantu perempuannya, Gul memimpin serangan balasan terhadap para pembunuh putranya.

Betapa beraneka potret ibu yang bisa ditemukan saat ini. Jauh berbeda dengan yang kita akrabi belasan tahun, puluhan tahun, bahkan berabad lalu. Dulu, sosok ibunda selalu diidentikkan sebagai malaikat pelindung ananda. Kini, banyak di antaranya yang tidak tahu harus bagaimana, bahkan menjadi kehilangan akal.

Teringat sosok ibu inspiratif yang juga menghiasi pemberitaan di Tanah Air. Nafisah Ahmad Shahab namanya, pantas disebut bunda super. Dari 12 anak hasil pernikahan dengan almarhum Habib Alwi Idrus Shahab, sepuluh di antaranya berhasil merampungkan kuliah di kedokteran. Tujuh di antara mereka merupakan dokter spesialis. Berkat prestasi langka ini, Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) mengganjar keluarga asal Palembang, Sumatra Selatan, tersebut dengan gelar Profesi Dokter Terbanyak dalam Satu Keluarga.

Ada juga Ibu Hj Wirianingsih, ibu yang telah sukses mencetak ke-10 buah hatinya menjadi penghafal Alquran. Semoga Allah meluruskan dan menguatkan kembali tekad para bunda untuk menggoreskan hanya kenangan terindah akan sosok mereka di hati ananda. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement