Senin 12 Mar 2018 06:17 WIB

Membangkitkan Kesadaran Timur Tengah

Negara-negara Timur Tengah sedang berebut pengaruh untuk menjadi hegemoni.

Red: Elba Damhuri
Ferry Kisihandi.
Foto:

Kesepakatan ini, berlangsung di tengah aksi massa soal HAM terkait kepemimpinan Saudi dalam koalisi puluha negara yang melakukan serangan udara ke Yaman menggempur kelompok perlawanan Houthi. Konflik yang menyisakan nestapa di Yaman.

Terkait konflik di Suriah, Presiden Bashar al-Assad menuturkan, kontrak senjata dilakukan dengan Rusia sebelum dan saat terjadi konflik sejak 2011.  Stockholm International Peace Research Institute memperkiraan penjualan senjata Rusia ke Suriah bernilai162 juta dolar AS per tahun pada 2009 dan 2010.

Moskow pun menandatangani 550 juta dolar AS dengan Suriah untuk pelatihan jet-jet tempur. Pesawat tempur Su-32, buatan Rusia yang dipakai dalam serangan udara menggempur pasukan oposisi Suriah, juga menarik minat negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk membelinya.

Di sisi lain, AS pun meraih keuntungan dari persaingan dan perbedaan pandangan yang terjadi  di antara negara-negara Timur Tengah. Pada 15 Juni tahun lalu, AS menyepakati akta jual beli puluhan pesawat tempur F-15 dengan Qatar senilai 12 miliar dolar AS.

Padahal sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sepakat dengan tudingan bahwa Qatar membiayai terorisme meski Menhan James Mattis meminta Trump bersikap netral.  Tudingan ini membuat negara-negara kawasan mengisoliasi Qatar.

Tak hanya itu, negara-negara besar tersebut juga menggunakan hak veto mereka di Dewan Keamanan PBB untuk saling mengunci. Jika ada rancangan resolusi yang dinilai bakal merugikan sekutunya, maka mereka menggagalkannya dengan hak veto.

Maka lihatlah, persoalan Suriah maupun Yaman kemungkinan kecil tuntas. Sebab, saat ada desakan untuk menjatuhkan sanksi atau kebijakan yang merugikan sekutu pemegang hak veto, maka itu akan gugur di meja Dewan Keamanan PBB. Bagai lingkaran setan.

Korban-korban sipil yang berjatuhan, baik kehilangan nyawa maupun menderita luka maupun kelaparan, seakan tak masuk dalam pertimbangan mereka saat menggunakan hak veto. Korban hanya dianggap sebatas hitungan angka.

Jika negara-negara di kawasan Timur Tengah tak sadar bahwa ego merekalah yang membuat persaingan dan saling curiga kian meruncing, maka persoalan di kawasan tak bakal kunjung berakhir. Solusinya, redakan ego dan bersedia berdialog satu sama lain.

Persamaan iman, mestinya membangkitkan kesadaran mereka untuk mengakhiri perbedaan pandang. Bangun ukhuwah agar sama-sama kuat dan mampu menyelesaian persoalan kawasan yang memang membutuhkan fron kuat, seperti isu Palestina. Tanpa itu, perbedaan sikap dan sengketa di kawasan bakal terus menyala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement