REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr Haryono Suyono, mantan Menko Kesra dan Taskin RI.
Sekitar 6.000 mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) semester tujuh, pada 23 Juni 2018, terjun ke desa-desa di seluruh Indonesia. Mereka dilepas oleh Menteri Desa PDTT Eko Prio Sandjojo didampingi Rektor Universitas Gajah Mada Prof Dr Panut Mulyono, lengkap dengan para Wakil Rektor, ratusan undangan kehormatan termasuk Sekjen Anwar Sanusi, Dirjen Taufik Majid, Tim Ahli Haryono Suyono, Jimmy Gani, Avialiani, Dana Avrizal, Bibid Samad, Abdullah Kamil, Wawan, dan Para Mita dari Kemdes. Ya, ini karena UGM merupakan perguruan tinggi yang sangat kental sebagai pembawa ideologi bangsa Pancasila yang kuat dan penggerak KKN ke desa sejak lama.
Pelepasan mahasiswa pada tahun ini, juga dihadiri para bupati, wakil bupati atau wakil-wakil pemerintah daerah yang menerima mahasiswa tersebut. Dalam kesempatan itu, Rektor Panut Mulyono menyatakan komitmen Perguruan Tinggi Gajah Mada menerjunkan mahasiswa ke desa-desa membawa inovasi dan memberi kesempatan penyerapan aspirasi dan kearifan lokal seabagai bekal mahasiswa di masa depan. Pelepasan yang dilakukan di lapangan terbuka itu, juga mendengarkan pesan-pesan Menteri Desa yang dengan penuh semangat meyakinkan perhatian pemerintah Jokowi pada pembangunan desa dan masyarakat desa dengan penyediaan dana ratusan tilliun rupiah langsung ke desa.
Menteri Desa meminta kepada mahasiswa, mengajak masyarakat dan petugas desa secara gotong royong memanfaatkan dana desa guna mendukung pembangunan dengan bekerja sistematis, sungguh-sungguh dan keras membangun desa dan masyarakatnya. Utamanya mendorong peran masyrakat desa ikut aktif dalam pembangunan. Sebab, keberhasilan pembangunan desa dan masyarakatnya dapat meningkatkan kesejahteraan dan membawa Indonesia menjadi negara nomor 4 di dunia pada 2050.
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono (kedua kiri) memberi makan ternak saat melakukan kunjungan lapangan KKN PPM UGM di Desa Pemenang Barat, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Kunjungan itu guna melihat secara langsung karya para mahasiswa UGM yang sedang melaksanakan KKN PPM dengan program utama pemberdayaan masyarakat sekitar Desa Pemenang Barat khususnya dalam pariwisata. (Ilustrasi).
Seperti halnya KKN berbagai perguruan tinggi lain, KKN yang diselenggarakan oleh UGM tersebut pada awalnya memulai kegiatan dengan identifiakasi masalah yang dihadapi komunitas desa yang dikunjungi. Ini tentunya sebagai landasan mengembangkan berbagai solusi yang ditawarkan kepada masyarakat di desa. Sekaligus, karena UGM teremasuk perguruan tinggi dengan pengalaman dalam KKN yang sangat luas, maka para mahasiswa yang didukung ratusan dosen pendamping, membawa dan manawarkan berbagai innovasi hasil pengkajian guna diterapkan sehingga dapat mengangkat derajat masyarakat desa.
Kehadiran Menteri Desa PDTT Eko Prio Sandjojo yang setelah berpidato langsung membaur dengan ribuan mahasiswa membuat suasana tambah marak. Ini karena menteri mengundang para tamu untuk membaur dengan mahsiswa yang dengan sabar tertib berdiri dalam cuaca yang makin siang semakin panas. Para mahasiswa berebut bersalaman dengan meteri dan tamu terhormat yang membaur sambil mengacungkan ponsel masing-masing selfi mengambil moment yang sangat membahagiakan terseut. Udara panas menjadi sejuk karena suasana meriah tetapi tetap tertib karena mahasiswa tidak menuangka Menteri di dampingi rektor, wakil rektor dan tamu membaur dengan mahasiswa diluar skenario yang ditetapkan.
Suasana itu meningkatkan semangat dan kepercayaan bahwa pemerintah sedang getol memberi kepercayaan kepada petugas desa dengan pemberian dana yang sangat besar guna membangun sarana dan prasarana sosial ekonomi di desa. Sekaligus melaksanakan empat prioritas pembangunan kesehatan, pendidikan dan kesiapan masyarakat desa membangun ekonomi mandiri agar setiap keluarga bisa menjadi keluarga yang sehat, sejahtera dan mandiri, serta maju pesat mengejar ketertinggalannya selama ini. Dan itu, kelihatan tercermin sebagai harapan para mahasiswa yang akan terjun ke desa dan wilayah transmigrasi di luar Jawa.
Adalah tepat untuk memberi bekal kepada mahasiswa yang akan tinggal di desa dalam waktu lebih dari satu bulan. Para mahasiswa pun diharapkan menstimulir masyarakat desa berubah dari peran pasif sebagai penonton pembangunan menjadi pemeran aktif membangun desa dan masyarakat di desanya. Peran aktif masyarakat itu mempercepat pembangunan seperti pengalaman perubahan budaya beranak banyak menjadi budaya baru memiliki jumlah anak sedikit tetapi kualitasnya tinggi dimana masyarakat mengambil peran aktif yang luar biasa tingginya.
Lebih lanjut, kehadiran Menteri Desa dimanfaatkan guna meresmikan “VonTrip” suatu inovasi membangun turisme pada tingkat pedesaan. Vontrip adalah flatform kegiatan volunteer tourism berbasis kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakart (PPM) oleh civitas akademika UGM. Flatform ini untuk pertama kali diluncurkan secara massal dan direncanakan sebagai kegiatan pendidikan dan pengabdian masyarakat melalui pariwisata dan memfasilitasi penyaluran bantuan sposor guna membantu masyarakat atau pemerintqh daerah menampilkan keunggulan lokal.
Dimasa lalu, selama pengembangan posdaya di desa-desa, pernah dilakukan pengembangan desa turisme dimana keunikan lokal dijadikan atraksi mendatangkan turis lokal maupun internasional. Kedatangan para turis di desa dihibur dengan “tononan” sederhana dan kegiatan lomba yang aneh dan menarik bagi “orang kioa”.
Sebagai contoh diadakan lomba menanam padi yang hrus dilakukan dengan jalan mundur tetapi tnaman padinya rapi, harus diselesaikan dengan tertib dan teratur karena padi itu harus tumbuh subur dan menghasilkan panen yang melimpah. Kesalahan menancapkan batang padi menyebabkan padi tidak tumbuh optimal.
Lomba lain adalah bagaimana menggerakkan kerbau atau sapi menggarap lahan, tidak mudah, karena kendali bagi kerbau yang ditarik terlalu keras akan berakibat kerbau atau sapinya marah dan tidak mau bergerak. Suatu kebiasaan yang dilakukan oleh orang desa sehari hari tetapi bagi anak muda kota bisa menjadi tontonan dan praktek bertani yang sangat menarik.
Digambarkan pula, apabila mahasiswa sampai ke desa, akan melihat pengembangan program unggulan di desa seperti Bumdes, yaitu pengembangan Badan Usaha Milik Desa. Suatu usaha pemerataan pembanguan ekonomi tingkat desa yang akan menarik perhatian mahasiswa untuk ikut mengembangkan investasi masa depan yang menarik.
Pembangunan itu akan melahirkan kegiatan perdagangan on line yang bagi masiswa merupakan lahan bisnis baru sebagai pengembangan bisnis modern tanpa tempat produksi yang tersebar luas di desa sehingga tidak perlu dimilki dalam suatu lahan dengan luas tertentu. Mahasiswa yang cerdas akan melihat hal ini sebagai peluang baru di masa depan memiliki jaringan produksi pertanian modern dan hasil kearifan lokal yang bisa di paket dalam bisni modern masa depan.
Di berbagai kabupaten mahasiswa akan mulai melihat garapan antar desa dalam bentuk Prukades suatu produk unggulan antar desa dengan sistem pengolahan modern dimana galengan sawah dihilangkan karena sawah digarap dengan sistem modern dan ditanami dengan sistem pertanian korporasi yang menghasilkan produk untuk ekspor dan penjalan besar. Di situ inovasi kampus sangat tertantang untuk memajukan pertanian modern di Indonesia.