Senin 04 Nov 2019 05:54 WIB

Relakah Kita Habiskan Waktu dan Energi untuk Mengurusi Hoax?

Cobalah diam sebentar saja dan merenung sejenak.

Ary Ginanjar
Foto: Wikipedia
Ary Ginanjar

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ary Ginanjar

Sekarang ini kita masih sibuk dengan hoax dan issue berjam-berjam di depan layar kaca menyaksikan para politisi beraksi. Tangan sibuk dengan HP membaca berita hoax. Di jalan, hingga ke warung kopi bicara hal yang sama, sampai-sampai kita kehabisan tenaga, kehabisan waktu, dan kehabisan energi.

Asyik dengan hoax, lalu pulang ke rumah serasa jadi politisi kawakan, dan tertidur letih dengan terbawa mimpi buruk. Terbayang wajah, terngiang kata para politisi yang sedang berdebat hebat.

Tapi coba lihat. Sebagian kecil saja yang fokus bekerja, fokus belajar, fokus usaha, anak-anaknya belajar giat menuntut ilmu hingga keluar negeri dengan hasil terbaik. Akhirnya sebagian kecil saja yang berhasil menguasai pasar, tanah-tanah, dan kebun-kebun.

Mereka tertidur dengan seribu harapan dan seribu mimpi masa depan. Sebagian besar kita tertidur dengan membawa mimpi buruk akibat fokus kepada hoax dan masalah.

Ketika kita terbangun, kita sudah kehilangan, mulailah saling menyalahkan, mulai iri, mulai membenci. Dan bahkan mulai berkelahi dengan teman sendiri. Mulai terpecah belah.

Cobalah diam sebentar saja dan merenung sejenak. Perhatikan dan rasakan waktu dan energi kita habis dengan hoax dan berbagai issue yang tidak pasti. Sementara sebagian kecil saja waktu dan energinya habis untuk mencapai tujuan dan mengejar impian.

Coba sadari, otak kita ini selalu berada dalam keadaan problem mode. Sedangkan  otak mereka solution mode. Kita termasuk golongan otak yang mana? Solution mode atau problem mode?

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement