REPUBLIKA.CO.ID, Namanya Fathurahman, light autis dan hanya memiliki satu ginjal.
Fathur adalah satu dari jutaan anak Indonesia yang memiliki masalah kesehatan, menderita autis juga miskin. Ayahnya seorang anak buah kapal (ABK) biasa pulang setahun sekali, ibunya hidup sederhana di pinggiran kali di daerah pelabuhan.
Fathur harus banyak minum air putih agar tak segera lelah dan kehilangan kontrol emosi. Meski begitu, Fathur memahami bahasa Inggris. Fathur memang cerdas pada dasarnya.
Bila Fathur ditanya uang satu juta rupiah bisa dapat apa saja, dia menerangkan dengan jitu: bayar listrik, beli air mineral, untuk makan dan BPJS dan diakhiri dengan kalimat: "Gak cukup kayaknya, Om untuk biaya hidup satu bulan."
Fathur adalah satu dari ratusan murid Sekolah Rakyat Ancol, sebuah sekolah yang semua muridnya berada digaris kemiskinan, seluruh biayanya gratis berada di Jakarta Utara.
Dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan kesempatan bekerja untuk yang sudah menyelesaikan masa SMA paket C yang juga dikelola oleh Perusahaan Taman Impian Jaya Ancol yg dikelola dengan hati manusia. Bertanggung jawab dengan wilayah sekitar, tak hanya mencari profit tapi memberi manfaat pada mereka yang miskin dan terpinggirkan.
Fathurahman dengan segala keterbatasan yang dimiliki selalu saja tersenyum dan gembira, terlebih bila sedang diajak bermain-main ke studio di Pasar Seni.
Dia berkata; Kalau studio ini uangnya dibagikan orang miskin dapat untuk makan berapa tahun ya?
Spontan semua yang di situ tertawa.
Fathur, terlahir miskin, light authis dan hidup dengan satu ginjal. Apakah dia kehilangan cinta dan kasih sayang?
Fathur dan ratusan anak-anak SRA lainnya tak pernah kehilangan kasih sayang, mereka selalu mendapat cinta yang tak pernah bertepi. Di Ancol, kami selalu bergembira bersama, bermimpi bersama dengan anak-anak itu yang mungkin saja disatu kesempatan mereka akan menjadi generasi yang jauh lebih baik dari kami yang ada sekarang.
PENGIRIM: Geisz Chalifah, Produser Jakarta Melayu Festival