REPUBLIKA.CO.ID, Ketatnya persaingan dunia elektronik di Indonesia membuat setiap perusahaan memberikan yang terbaik guna merebut hati masyarakat Tanah Air.
Berbicara persaingan elektronik di nusantara maka harus menyertakan PT Istana Argo Kencana (Sanken) yang sudah mengisi hari-hari masyarakat Indonesia sekitar 20 tahun terakhir dengan sejumlah produknya.
Kepada Republika, Direktur Marketing Sanken Teddy Tjan menjelaskan sejumlah pandangan dan stategi bisnisnya. Berikut petikannya.
Bisa diceritakan kilas balik perjalanan Sanken?
Pabrik Sanken sudah berdiri sejak 1996 yang berarti sudah berjalan sekitar 20 tahun. Sedangkan, launching product-nya dilakukan pada 15 Januari 1997 dengan meluncurkan kulkas, mesin cuci, dan kompor gas. Pada 2005, kita keluarkan rice cooker, kipas angin, dan setrika.
Sejak tiga tahun terakhir atau 2012, kita mulai mencoba luncurkan produk-produk yang kita namakan green product, seperti pemanas air tenaga surya. Selain itu, Sanken juga memproduksi plastik sendiri dengan merek Rovega yang menelurkan sejumlah produk, seperti stoples dan kursi.
Ada berapa banyak kategori produk?
Cukup banyak dan 98 persen, seperti dispenser dan mesin cuci, diproduksi di Indonesia. Catatan gemilang juga berhasil didapat Sanken saat meluncurkan dispenser dua galon yang menjadi rekor bisnis karena merupakan dispenser dengan dua galon pertama di Indonesia dan dunia. Serta, menjadi satu-satunya yang boleh beredar di Indonesia. Merek lain tidak diperbolehkan menjualnya.
Selain keduanya, masih ada produk-produk, seperti rice cooker stainless steel, kipas angin, LED mulai dari 24 hingga 50 inci, serta audio dan DVD player. Sedangkan, AC sendiri masih impor.
Komponen yang digunakan dari Indonesia atau luar? Dan, di mana pabriknya?
Komponen kita 98 persen adalah komponen lokal. Sedangkan, sisanya berasal dari luar negeri. Ini karena pabrik kompresor Sanyo ditutup. Kalau pabrik itu beroperasi kembali, komponen kita 100 persen lokal dan kita tidak bergantung pada luar negeri. Pabrik Sanken sendiri berada di Curug, Tangerang, dengan total luas lokasi sekitar 20 hektare.
Tenaga ahli yang dikerjakan berasal dari Indonesia atau luar negeri?
Tenaga ahli sendiri berasal dari Jepang, sekitar 10 orang. Mereka-mereka ini juga mendidik para engineer muda dari UI, ITB, UGM, dan Unair.
Pertumbuhan industri elektronik melambat pada tahun lalu, bagaimana dengan Sanken?
Secara data, pertumbuhan dunia elektronik pada tahun kemarin memang ada penurunan sekitar lima persen. Tapi, Sanken justru bisa naik sekitar 10-15 persen di atas rata-rata market pertumbuhan. Meski begitu, secara target penjualan sendiri masih kurang.
Bagaimana Sanken memandang konsumen Indonesia itu?
Konsumen Indonesia sudah pintar sekarang, saya menyebutnya sebagai smart shopper. Karena, masyarakat Indonesia mau mengeluarkan uang dengan harapan mendapatkan kualitas yang sepadan.
Terlebih, pada era informasi teknologi yang sudah canggih ini di mana kemudahan dalam berbelanja serta mengunjungi service center adalah hal yang tidak asing bagi konsumen di Indonesia.
Menanggapi ketatnya persaingan di dunia elektronik, langkah apa saja yang dilakukan Sanken guna merebut hati masyarakat Indonesia?
Sanken bisa stabil hingga 20 tahun ini lantaran terkenal dengan inovasi produknya yang mana hampir setiap bulan menelurkan produk-produk terbaru dengan inovasi yang baru juga. Seperti, dispenser dua galon yang tidak hanya diakui di Indonesia, tapi juga di dunia.
Kemudian, mesin cuci dengan teknologi X-Tor dan empat dimensi di mana proses pencucian akan lebih cepat dan bersih. Lalu, ada rice cooker stainless steel. Orang mulai berpikir kalau teflon yang sudah tidak diperbolehkan di seluruh dunia, tapi tetap saja pakai teflon. Nah, produk kita ini menggunakan stainless steel.
Dari kipas angin, kita memiliki duo kipas dan ini merupakan inovasi terbaru juga. Sedangkan, untuk kulkas, kita berinovasi dengan menggunakan dinding kulkas lebih tebal dan ada kaca yang melapisi pintu kulkas dipadukan dengan ukiran berbentuk tiga dimensi.
Selain itu, dalam kulkas keluaran Sanken terbaru ada semacam sertifikasi elektronik. Seperti umat Muslim kan ada sertifikasi halal dari MUI. Nah di bisnis elektronik di dunia juga ada yang namanya demikian.
Sertifikasi ini dilakukan untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang dikeluarkan terjamin baik kualitasnya. Semestinya, sertifikasi seperti ini dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan. Kulkas dari perusahaan lain belum ada yang berani mencantumkan hal ini. Kulkas-kulkas yang diproduksi Sanken sendiri memiliki sertifikasi dengan nilai A+ atau yang paling baik dari enam tingkatan nilai yang ada.
Bagaimana kemudian Sanken menyikapi pasar bebas ASEAN yang sudah di depan mata?
Yang pasti, persaingan lebih ketat karena ada kemungkinan masuknya produk-produk dari Malaysia, Filipina, dan Vietnam ke Indonesia. Tapi, kan produk-produk dari Indonesia juga boleh masuk ke sana.
Sanken yang sudah berkiprah selama 20 tahun sendiri sudah siap menghadapi persaingan tersebut. Namun, untuk saat ini masih berfokus ke pasar domestik, mengingat untuk memenuhi pasar dalam negeri saja masih kekurangan. Terkait ekspor untuk elektronik, Sanken masih bisa dikatakan relatif sedikit dengan tidak sampai menyentuh angka lima persen.
Bagaimana Sanken melihat iklim ekonomi di Indonesia, seberapa pengaruhnya bagi perusahaan?
Sangat berpengaruh, terlebih dengan adanya gonjang-ganjing dolar. Apalagi, kalau dolar naik, otomatis ada sebagian part-nya yang meskipun kita beli di Indonesia, tapi pabrik lokal kan terkadang beli dari luar dan naikkan harga. Kalau sudah seperti itu, mau tidak mau kita juga menaikkan harga.
Selain itu, kalau inflasi cukup besar dan dolar naik, daya beli masyarakat biasanya turun. Nah, hal itu yang menyebabkan turunnya pertumbuhan dunia elektronik sebesar lima persen pada tahun lalu.
Meski begitu, Sanken tetap tidak menanggalkan kebijakan untuk terus melakukan inovasi. Saat ini, kita punya 17 cabang di mana di setiap cabang itu ada service center-nya. Lalu, terdapat juga 150 authorized service center/ yang akan memudahkan konsumen. Hal itu jadi kekuatan Sanken yang tidak dimiliki merek lain. Mereka terkadang hanya melakukan penjualan, tapi akan kerepotan begitu ada komplain tentang kerusakan.
Siapa kompetitor terbesar Sanken?
Sejauh ini, Sanken bersama produk dari Jepang, Sharp, produk Korea, LG, dan Polytron, yang memiliki pabrik di Indonesia menjadi pemain utama dengan harga yang kompetitif dan ketersediaan spare part-nya yang tinggi.
Terkait pemilihan brand ambassador, kriteria seperti apa yang diinginkan Sanken?
Sanken sangat berhati-hati dan selektif dalam memilih brand ambassador. Pertama, Desy Ratnasari yang pada zamannya merupakan artis paling ngetop yang terbilang bersih dan jauh dari masalah. Kemudian, Titi Kamal yang sudah bekerja sama sekitar 10 tahun. Yang terbaru ialah Citra Kirana. Pemilihan Citra Kirana sendiri terkait perannya di salah satu sinetron di TV swasta yang berperan sebagai perempuan salehah.
Siapa target utama yang disasar Sanken?
Tergantung kategori produk, kalau produk-produk, seperti kulkas dan mesin cuci, targetnya female. Seperti ibu-ibu dengan usia 23 hingga 35 tahun, berada di wilayah urban, yang akrab dengan inovasi.
Adakah mimpi dan harapan Sanken yang belum terwujud hingga kini ?
Kita mau Sanken menjadi global brand, seperti Samsung dari Korea ada di Indonesia dan negara-negara lain. Minimal Sanken mampu melangkah di level Asia dulu lah.
Harapan Sanken dengan pemerintahan saat ini?
Harapannya semoga regulasi tidak banyak berubah dan terus mendukung pertumbuhan perkembangan usaha elektronik. c84 ed: Mansyur Faqih
***
Tak Ada Namanya Kegagalan
Direktur Marketing PT Istana Argo Kencana (Sanken) Teddy Tjan meyakini tidak ada yang namanya kegagalan. Asalkan, mau terus bangkit dan tak peduli sebesar dan sesakit apa pun rasanya terjatuh. Pengalaman di sejumlah perusahaan memberikan pelajaran yang amat berharga bagi kehidupannya. Di berbagai kesempatan itulah, dia terus belajar dan menimba ilmu dari orang-orang yang memang ahlinya.
"Saya pernah jualan sampo, minyak, sarden, hingga HP yang harus diikuti dengan pembelajaran yang cepat," ujar Teddy kepada Republika, beberapa waktu silam.
Bergaul dengan orang-orang positif mutlak ia lakukan dengan tidak sungkan mendengarkan sejumlah masukan yang diberikan. Karena, untuk sukses, tak perlu malu melihat dan belajar dari pengalaman orang lain yang sudah merasakan nikmatnya kesuksesan terlebih dahulu.
Ia pun pernah mengalami beberapa kegagalan. Bahkan, ia menyebut, setiap orang pasti akan mengalami harapan yang tidak berhasil terwujud. "Selama masih mau bangkit, itu bukanlah kegagalan," lanjutnya.
Teddy meyakini, tidak ada yang namanya kegagalan mutlak. Semisal, produk yang dikeluarkan kurang mendapat sambutan hangat dari konsumen. Meski dari sisi ekonomi dikatakan gagal, hal itu merupakan pelajaran besar yang dapat diambil hikmahnya. Sehingga, kemudian hari dapat melakukan pembenahan dengan lebih baik.
Perjuangan untuk mendapatkan kesuksesan, menurutnya, harus ditempuh hingga benar-benar napas berakhir. "Kegagalan hanya sebuah kesuksesan yang tertunda," ujar dia mengutip kata-kata yang sudah sangat akrab di telinga
c84 ed: Mansyur Faqih