Momentum peringatan Hari Kebangkitan nNasional 20 Mei lalu dimaknai sebagai kebangkitan peran pendidikan. Sayangnya, menurut Direktur Komunikasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) Iqbal Setyarso, saat ini pendidikan Indonesia dalam keadaan darurat moral.
Generasi miskin, ujar Iqbal, harus dapat mencicipi pendidikan dan orang-orang terbaik bersedia terjun ke wilayah krisis pendidikan, seperti di di daerah terpencil. Menggandeng Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), ACT meluncurkan program wakaf peralatan sekolah dan donasi buku.
Dengan peluncuran wakaf peralatan sekolah dan juga donasi buku, ACT dan GNOTA berharap agar akses masyarakat terhadap pendidikan tetap hidup.
Tim Fundraising GNOTA Fandi Yusuf mengatakan, sebagai lembaga, GNOTA dan ACT mempunyai konsentrasi yang intens terhadap pendidikan. Program donasi buku dan wakaf peralatan sekolah ini, kata Fandi, diharapkan merupakan partisipasi aktif masyarakat, terutama generasi muda.
“Pasalnya, meski pemerintah sudah menggulirkan sekolah gratis sembilan tahun, tak semua merasakan pendidikan, terutama di daerah-daerah pelosok negeri,” ujarnya.
Head Of Marketing Global Wakaf ACT Hendra Irawan mengatakan, untuk awal, sasaran program wakaf peralatan sekolah, yakni sekolah yang tepat berdiri di atas empang, berlokasi di Jalan Kampung Sawah, Semper Cilincing, Jakarta Utara. Juga, MI Miftahul Ulum Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang para siswanya terpaksa harus belajar di rumah warga karena sekolahnya hancur akibat longsor.
“Termasuk SDN To’batan Kupang NTT yang tiga kelasnya merupakan ruang darurat yang beratap rumbia dan berdinding kayu,” kata Irawan memaparkan. Ia berharap dengan program ini setidaknya berdiri sarana pendidikan berupa lingkungan sekolah yang sesuai standar kegiatan belajar mengajar dengan kualitas bermutu. ed: hafidz muftisany