Jumat 26 Sep 2014 16:39 WIB

Kiprah Pengusaha Muslim

Red:

Salah satu indikator negara maju adalah banyaknya pengusaha yang berkembang dan sukses. Saat ini, penduduk Indonesia yang membuka usaha kurang dari dua persen populasi. Umat Islam sebagai mayoritas turut terkena dampaknya. Masih sedikit jumlah pengusaha Muslim dari total pengusaha di Tanah Air.

Menjadi pengusaha Muslim tak lantas orang Islam yang memiliki bisnis. Namun, menurut pemilik usaha Ayam Bakar Mas Mono, Agus Pramono, pengusaha Muslim juga menerapkan manajemen spiritual dalam usahanya. Mantan office boy yang akrab disapa Mas Mono ini berujar semangat spiritual dalam bisnis justru  mendatangkan profit usaha dan kemudahan lain. "Bekerja itu ya ibadah dengan bekerja untuk Allah," ungkap pemilik 62 outlet kuliner di seluruh Indonesia ini.

Mas Mono berbagi pengalaman, justru keuntungan tidak diburu pertama kali, tetapi mendahulukan Allah. "Nanti," kata Mas Mono, "keuntungan dan sukses akan mengikuti."

Mas Mono memiliki prinsip pekerjaan apa pun yang dilakukannya harus ada dakwah di dalamnya. "Kami membuat aturan bagi pegawai setiap pagi rutin melaksanakan shalat Dhuha, tidak merokok, dan rutin mengikuti kajian," ungkapnya.

Landasan pebisnis Muslim adalah kejujuran. Nilai itu pula yang ia tanamkan betul kepada seluruh karyawannya. Kejujuran yang dimiliki seseorang berdampak pada kepercayaan orang lain terhadapnya. "Nilai kepercayaan amat mahal."

Mas Mono mengaku tidak mudah menginternalisasi nilai-nilai keislaman bagi pegawainya. Ia sering mengalami kendala dalam menerapkan aturan untuk menjaga spiritualitas Islam ini.

"Biasanya pegawai baru belum dapat menyesuaikan aturan tegas yang kami buat, namun dengan berjalannya waktu, akan terseleksi secara alami, mana pegawai yang loyal dan mana yang hanya bekerja untuk mendapatkan penghasilan," ujar dia. Hingga saat ini, Mas Mono memiliki seribu pegawai yang tersebar di seluruh outlet-nya.

Semangat menjalankan amaliyah Islam juga ia tularkan kepada konsumennya. Beberapa program untuk konsumen tak terlepas dari semangat keislaman, seperti buka puasa gratis bagi Muslim yang menjalankan puasa sunah Senin-Kamis dan umrah gratis kepada pelanggan. "Termasuk, kutipan syukur yang dicantumkan di kemasan kuliner yang disajikan," ungkapnya.

Ia mengaku ingin menebarkan kebaikan dengan jalannya sebagai pengusaha. Sebisa mungkin nilai dakwah juga dirasakan pegawai dan pelanggan setianya. "Bisnis tidak hanya profit melulu. Usaha harus mendatangkan keberkahan bagi semuanya," paparnya.

Dengan memakai perspektif Islam, Mas Mono tersadar jika bisnis sebenarnya tidak penuh persaingan. "Usaha itu ikhtiar bumi dan langit. Rezeki orang berbeda-beda dan tidak akan tertukar," pesannya.

CEO Rayyan Capital Muhammad Assad menilai, seorang pengusaha Muslim tak bisa dilepaskan dari Alquran dan hadis sebagai tuntunan. Pemilik grup usaha di bidang investasi keuangan ini melihat jika tidak ada karakter Alquran dan hadis dalam diri pengusaha, ia tidak disebut berbisnis dengan prinsip Islam.

Eksesnya, kata lulusan Hamad bin Khalifa University Qatar ini, pebisnis Muslim mesti mengetahui mana yang boleh dalam bisnis, mana yang tidak.

"Berbisnis secara Islam tentu harus mengutamakan kejujuran, integritas, tidak curang, dan menjelaskan barang yang dijual apa adanya," ujarnya.

Ia mencontohkan syariat tidak memperkenankan riba. Seorang pengusaha Muslim wajib tahu jika ia membutuhkan modal usaha, ia dibebani riba atau tidak. Pengusaha Muslim tidak boleh gharar atau menjual sesuatu yang tidak jelas. "Seperti, membeli anak kambing saat masih dalam perutnya," papar Assad. Bisnis yang penuh spekulasi juga membuat pebisnis Muslim hati-hati. Jangan sampai ia justru jatuh dalam lubang perjudian dalam perdagangan.

Pengalaman Assad, penerapan prinsip Islam tidak hanya berpengaruh pada profit, tetapi juga pada pegawai, konsumen, dan lingkungan sekitar.

"Tidak bisa kita berbisnis mengelola alam, tetapi tidak memperbaruinya kembali, dampaknya kita hanya mewariskan lingkungan rusak pada anak cucu," ujar dia. Begitu juga pegawai yang telah dididik dengan prinsip Islam tentu lebih baik daripada yang tidak.

Assad melihat peran pemerintah masih kurang dalam mendukung perkembangan bisnis dengan sistem syariah. Dukungan kecil, misalnya, terjadi pada peminjaman modal sesuai syariah. "Sisa bagi hasil pengembalian di bank syariah masih lebih besar dibandingkan konvensional," ungkapnya.

rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement