Program tahfidz adalah program ekstrakurikuler yang menjadi favorit siswa. kutipan: "Selain menerapkan kurikulum nasional, juga mengaplikasikan kurikulum tersendiri, yakni Dirosa Islamiah.
Musim pendaftaran murid baru tingkat sekolah dasar belum dibuka secara resmi. Namun, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Almawadah sudah kelebihan kuota. Terpaksa sekolah tidak menerima 40 calon siswa untuk belajar di sekolah yang terletak di Jalan Nanggewer Indah, Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, ini.
Wakil Kepala SDIT Almawadah, Hasbiyallah, mengatakan, untuk tahun ajaran 2015, pihaknya menerima murid untuk dua kelas dengan kapasitas 62 siswa. Alasannya, selain keterbatasan ruang kelas, agar proses belajar mengajar menjadi fokus dan terarah. Ia menyebut, idealnya dalam satu kelas diisi oleh 30 murid.
"Kami terpaksa tidak terima sekitar 40 siswa yang mendaftar," kata Hasbiyallah kepada Republika.
Menurutnya, SDIT Almawaddah banyak peminat karena sekolahnya memiliki beberapa program unggulan yang akan membuat siswa mampu berkompetisi dan berkepribadian Islam. Di antara program unggulan tersebut adalah bahasa Arab, sirah (sejarah Islam), tahfidz (hafalan Alquran), fikih, iqra, doa-doa harian, shalat Dhuha, dan shalat berjamaah.
"Tahfidz akan diutamakan dan menjadi ekstrakurikuler wajib. Kegiatan ini digelar setiap Sabtu," ungkap Hasbiyallah.
Hasbiyallah menuturkan, tahfidz diikuti kelas 1-6 yang dibagi menjadi tiga kelas. Kelas pertama khusus hafalan Alquran, kelas kedua hafalan Juz Amma, dan kelas ketiga hafalan Juz Amma dan memperlancar bacaan atau iqra. "Murid yang antusias mengikuti tahfidz cukup banyak. Sehingga, untuk tahun besok akan ada kelas khusus tahfidz," kata Hasbiyallah.
Selain memiliki program unggulan, sambung Hasbiyallah, SDIT Almawaddah juga berbeda dengan sekolah Islam terpadu lainnya. SDIT Almawaddah menekankan agar siswanya bisa praktek ibadah shalat. Setiap siswa akan diajarkan tata cara shalat sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, kurikulum fikih juga lebih mengutamakan praktek. Sehingga, siswa bisa mengetahui tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah SWT dengan benar.
"SDIT Almawaddah memang dikenal sebagai sekolah yang mengutamakan bisa membaca Alquran dengan baik dan adab sopan santun," ungkap Hasbiyallah.
Ketua Bidang Kurikulum Dirosa Islamiah SDIT Almawaddah, Daenuri, mengatakan ciri khusus SDIT Almawaddah adalah pembinaan mendalam soal agama. SDIT Almawaddah selain menerapkan kurikulum nasional, juga mengaplikasikan kurikulum tersendiri yakni, Dirosa Islamiah yang mencakup materi pembelajaran agama, seperti tahfidz dan sirah.
Selain itu, ada pembinaan agama islam lainnya, yakni kaligrafi, seni lukis, seni tari, pramuka, paskibra, pencak silat, serta pidato dalam tiga bahasa, yakni bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia.
Pidato tiga bahasa juga akan ditambah lagi dengan bahasa lokal, yakni bahasa Sunda. Saat ini program tiga bahasa telah diikuti oleh kelas 4, 5, dan 6. "Tanggapan murid-murid baik, terutama untuk hafalan. Kami menampung 75 siswa untuk kategori iqra, Juz Amma, dan Alquran," ujar Daenuri.
Untuk menunjang program-program unggulan SDIT Almawaddah, papar Daernuri, guru-guru telah mengikuti pelatihan dengan mendatangkan tutor yang hasilnya diaplikasikan ke murid-murid. Apalagi, program unggulan SDIT Almawaddah juga dikompetisikan antarsiswa. Jika menghasilkan murid-murid yang berbakat, akan diperlombakan di luar sekolah.
"Kami sudah mengirimkan kegiatan di luar, tapi hasilnya masih belum maksimal. Baru sampai juara harapan karena persiapannya mendadak. Tapi, untuk tahun ini menjadi target untuk bisa juara kompetisi di luar. Oleh karena itu, sebelum puasa, rencananya mau gelar tahfidz tingkat internal lebih dahulu," ungkap Daenuri.
Daenuri mengungkapkan, program unggulan sudah diterapkan sejak SDIT Almawaddah berdiri tahun 2004. Tidak heran, saat ini SDIT Almawaddah yang memiliki izin pendirian nomor 421.2/1647-DISDIK/2006 telah mendapat akreditasi A pada 2012 sesuai SK BAN-S/M No: 02.00/206/BAP-SM/SK/X/2012. "Alhamdulillah, sampai sekarang tetap dipertahankan," kata Daenuri.
Namun, Daenuri mengakui, khusus untuk pembinaan dalam tiga bahasa belum berlangsung secara baik karena masih terkendala dengan SDM dan waktu pelaksanaan. Apalagi, sebagian guru-gurunya juga disibukkan dengan mengikuti pendidikan baru atau sekolah lagi.
Walau demikian, guru-guru SDIT Almawaddah terdiri dari lulusan yang sesuai bidangnya yang berlatar belakang S1 dan S2 dan berasal dari IPB, UIN Jakarta, UNJ, UIKA, STIF, SIFA, Universitas Indarprasta PGRI, dan UMJ yang sebagian besar berlatar belakang pesantren. c62 ed: Hafidz Muftisany