Mengelola pesantren khusus perempuan ternyata tak mudah. Perasaan perempuan yang lebih halus, sifatnya yang lebih manja, dan berbagai problem kewanitaan lainnya menyebabkan pengelolaan pesantren perempuan dinilai lebih rumit. Karena alasan itu pula, banyak lembaga Islam memulai pendirian pesantren untuk laki-laki.
Ummi Faridah Affif adalah penggagas berdirinya madrasah khusus perempuan bernama Islamic Girls Boarding School (IGBS) Daarul Marhamah. Tak peduli dengan konsekuensi dan semua kerumitan yang dihadapi, ia bersikukuh, perempuan cerdas dan berakhlak mulia sebagai madrasah pertama generasi Islam selanjutnya.
Kini Faridah telah tiada. Ia mengembuskan napas terakhir pada 2014. Namun, jejak-jejak karyanya masih berdiri kokoh dan menjadi pesantren perempuan pertama di Jawa Barat.
Faridah mendedikasikan hidupnya untuk kemandirian, harkat, dan martabat perempuan. Kiprahnya dalam pemberdayaan perempuan, ia mulai sejak masih aktif di Partai Politik Masyumi. Ia juga aktif dalam membentuk dan membesarkan organisasi kaum perempuan, Wanita al-Irsyad.
Bersama organisasi yang dipimpinnya, Faridah mendirikan IGBS Darul Marhamah. Pesantren ini berlokasi di Jalan Desa Jatisari, Kubang, Cileungsi, Bogor.
Gedung IGBS Darul Marhamah berdiri di atas tanah wakaf seluas 27.000 meter persegi. Lembaga pendidikan ini berada di bawah naungan Yayasan Wanita al-Irsyad dengan akta notaris bernomor 111 tanggal 27 November 1991.
Faridah mendirikan IGBS Darul Marhamah untuk mendidik perempuan-perempuan agar mampu berdikari di zaman global, tapi tetap berakhlak Islami.
Kegiatan pembelajaran di IGBS Darul Marhamah dimulai pertama kali pada 18 Juni 1994 dengan mengacu pada kurikulum di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag). Kini, para Muslimah Darul Marhamah dididik dengan tiga kurikulum. Mereka menerapkan kurikulum nasional mengikuti arahan Kemendikbud, kurikulum diniyah sesuai pedoman Kemenag, dan kurikulum khas keputrian.
"Jadi dia bisa mengikuti ujian nasional (UN), bisa masuk perguruan tinggi favorit. Untuk keputriannya, kita berikan tata boga, tata busana, komputer grafis dan sebagainya," ujar pengurus Yayasan Darul Marhamah Abdullah Syuaeb ketika dihubungi Republika, Selasa (8/3).
Para asatiz di Darul Marhamah berkeinginan mencetak Muslimah serbabisa. Setelah lulus dari pesantren ini, mereka diharapkan dapat memiliki banyak pilihan hidup, misalnya, sebagai ibu rumah tangga, sebagai entrepreneur Muslimah, maupun melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Rencananya, semua kegiatan yang diselenggarakan di program keputrian Darul Marhamah akan tersertifikasi. Ini dinilai penting untuk memberikan bekal serta modal bagi mereka agar diakui di dunia kerja.
Apa pun kiprahnya, kata Abdullah, semua harus terbungkus dalam koridor nilai-nilai Islami. Oleh karena itu, perlu adanya pembiasaan Islami (biah Islamiyah) dalam diri para santriwati.
Untuk mendukung upaya ini, tahun ini IGBS Darul Marhamah telah mengembangkan kerja sama dengan Kedutaan Sudan. MoU yang ditandatangani pada awal 2016 lalu itu mencakup pengiriman dua asatiz dari Sudan untuk mengajar tahfizul Quran dan bahasa Arab. Kerja sama ini juga membuka peluang bagi para santriwati untuk melanjutkan studi di Sudan, negeri asal para imam Masjidil Haram.
Hingga kini, santriwati Darul Marhamah telah mencapai 300 orang dengan sekitar 30 asatiz. Mereka terbagi dalam jenjang pendidikan madrasah tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA). Mereka juga dibagi dalam dua pilihan program tahfizul Quran, yaitu program takhasus 30 juz dan program reguler. Para santriwati wajib menghafal minimal tiga juz.
Fasilitas pendidikan di IGBS Darul Marhamah dipersiapkan seoptimal mungkin. Pesantren ini bekerja sama dengan Islamic Development Bank menyediakan laboratorium berstandar internasional untuk mendukung kegiatan belajar siswa. Laboratorium ini dibuat memadai, terutama untuk bidang biologi, fisika, kimia, dan komputer.
Untuk memberikan kenyamanan bagi para santriwati, ruang kelas dan asrama di IGBS Darul Marhamah dilengkapi dengan pendingin ruangan. Ada pula ruang tata boga, ruang tata busana, masjid, taman, dan mushala yang cukup representatif.
Tak hanya unggul dalam agama, pengelola Darul Marhamah telah mempersiapkan berbagai ekstrakurikuler dan program pembinaan prestasi. Ada ekskul baca Alquran, desain grafis, thibun nabawi, teater, tari saman, dan pramuka. Program pembinaan prestasi di IGBS Darul Marhamah terdiri dari empat kelompok. Ada social club, English club, Arabic club, dan science club.
Dari kegiatan ini, para siswa mengukir sejumlah prestasi. Mereka pernah menjadi Juara Umum AKSI se-Bekasi tahun 2008/2009, Juara I Olimpiade Matematika se-Kabupaten Bogor tahun 2009/2010, Juara I dan II Lomba Mading Bahasa Arab piala Menpora se-Jabodetabek tahun 2010, Juara I Lomba Fotografi Fisika di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan berbagai prestasi lainnya. Para alumni sekolah ini telah diterima di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta favorit di seluruh Indonesia.
Bagi Abdullah dan para pengajar IGBS Darul Marhamah, perjuangan dalam mengelola lembaga pendidikan khusus perempuan adalah amanah. "Islam itu sangat melindungi perempuan yang selama ini perempuan itu seperti tersisihkan. Oleh karena itu, madrasah pertama (madrasatul ula) kan ibu. Jadi, sekarang kita mempersiapkan perempuan itu minimal jadi ibu rumah tangga yang baik untuk mempersiapkan generasi-generasi berikutnya," ujar dia. Oleh Sri Handayani, ed: Hafidz Muftisany