JAKARTA -- Pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk menuntaskan lebih dari enam juta penduduk buta aksara usia produktif antara 15-59 tahun. Salah satu caranya, yakni melalui program afirmasi di 11 provinsi dengan jumlah buta aksara tinggi.
"Program penuntasan buta aksara di Indonesia telah berhasil menurunkan jumlah penduduk buta aksara dari 9,55 persen atau sekitar 13 juta jiwa pada 2005 menjadi 3,86 persen atau sebesar 6, 1 juta jiwa pada 2013," kata Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Hamid Muhammad, Ahad (7/9), saat menjelaskan persiapan peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-49 pada 20 September.
Foto:ANTARA
Sejumlah ibu-ibu di Desa Purwosari Kecamatan Purwosari, Bojonegoro, Jatim, Minggu (9/3) dengan duduk diatas tikar mengerjakan ujian akhir tes kompetensi tingkat keaksaan dasar.
Namun, Hamid menegaskan, jumlah penduduk buta aksara tersisa ini harus segera dituntaskan. Menurutnya, jumlah dan persentase tersebut telah menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam memenuhi target Deklarasi Dakkar tentang Pendidikan Untuk Semua (PUS).
Pada 2015 Indonesia dapat menurunkan separuh penduduk buta aksara menjadi tinggal lima persen. Lebih lanjut, Hamid mengatakan, beberapa kantong-kantong buta aksara yang masih tinggi di Indonesia terdapat di 11 provinsi.
Menurutnya, Kemendikbud secara khusus telah merumuskan Program Afirmasi Pendidikan Keaksaraan (APIK) untuk jumlah penduduk buta aksara tertinggi di Provinsi Papua yang mencapai 30,93 persen. Melalui program APIK tersebut, diharapkan percepatan penurunan jumlah penduduk buta aksara di Papua dapat dituntaskan dengan cepat dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
Sedangkan, untuk provinsi lainnya, ujar Hamid, digunakan pendekatan penuntasan buta aksara yang memperhatikan kearifan lokal, tetapi dengan tetap menerapkan "praktik terbaik (best practise)" yang selama ini sudah terbukti berhasil menuntaskan angka buta aksara di sejumlah provinsi.
Sementara itu, terkait acara puncak peringatan HAI 2014 ke-49 tingkat nasional akan dilaksanakan di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 20 September 2014. Pameran HAI tersebut akan dihadiri sejumlah perwakilan negara sahabat, terutama negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan 34 provinsi se-Indonesia. Khusus peserta dari provinsi se-Indonesia, masing-masing provinsi akan menyertakan seluruh lembaga pendidikan nonformal binaan Dinas Pendidikan Nasional.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim mengatakan, Indonesia menjadi panutan negara-negara di Asia dalam pendidikan keaksaraan. "Pengentasan buta aksara di Tanah Air tidak hanya mengajarkan mereka membaca. Tapi, juga ada program pemberdayaan, seperti kewirausahaan," kata Musliar, pekan lalu.
Pengentasan buta aksara di Tanah Air dilakukan di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM). Di sana, mereka tidak hanya diajarkan membaca saja, tetapi juga diajarkan wirausaha.
"Kalau hanya membaca saja, tidak ada orang tua datang ke ke PKBM," katanya.
Mereka diberikan bekal keterampilan dan kecakapan hidup, seperti menjahit, mengayam, atau pengolahan rumput laut. Negara-negara lain pun mencoba mengadopsi metode pembelajaran itu.
"Sekarang, kita bukan lagi pengikut, tetapi panutan," katanya. antara ed: muhammad hafil
***
11 Provinsi dengan buta aksara tinggi:
Papua: 615 ribu jiwa
Sulawesi Barat: 60 ribu jiwa
Sulawesi Selatan: 381 ribu jiwa
Nusa Tenggara Barat: 314 ribu jiwa
Jawa Timur: 1, 48 juta jiwa
Kalimantan Barat: 170 ribu jiwa
Bali: 140 ribu jiwa
Papua Barat: 26 rbu jiwa
Sulawesi Tenggara: 65 ribu jiwa
Jawa Tengah: 960 ribu jiwa
Sumber: Kemendikbud