BOGOR -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakoni kunjungan kerja di Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDB) yang berada di kompleks Indonesia Peace and Security Center (IPSC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (8/9). Dalam kunjungan ini, SBY memperoleh penjelasan dari Mendikbud M Nuh perihal maket PPSDB yang menempati areal seluas 20 ribu meter persegi tersebut.
Dalam penjelasannya, Nuh mengatakan, bahasa Indonesia pada awalnya merupakan bahasa nasional sebagaimana kesepakatan pada 28 Oktober 1928. Kemudian, melalui UUD 1945, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa negara. Setelah melalui beragam fase sejak masa kemerdekaan hingga saat ini, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi alat komunikasi antarmasyarakat semata, melainkan juga memperkuat jati diri bangsa.
Bahasa Indonesia, ujar Nuh, juga menjadi penghela ilmu pengetahuan dan menjadi sarana diplomasi. Dari jumlah pengguna di seluruh dunia, bahasa Indonesia berada di urutan kelima. Tentu di bawah bahasa Cina dan Inggris yang termahsyur itu.
"Tapi, kita punya cita-cita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Penggunaannya tidak hanya di Asean, tapi juga di PBB," kata Nuh. Salah satu cara untuk menggapai cita-cita tersebut berawal dari PPSDB. Bahasa Indonesia diajarkan pula kepada para prajurit militer dari negara-negara sahabat yang tengah menjalani pelatihan di IPSC.
Sementara itu, Presiden mengatakan, terdapat dua tujuan utama pendirian PPSDB. Pertama, penggunaan bahasa Indonesia di tataran dunia perlu diperluas. Ini tak lepas dari posisi Indonesia sebagai salah satu negara kuat di kawasan Asean maupun salah satu pemain utama di tataran global.
Presiden melanjutkan, faktor kedua pentingnya keberadaan PPSDB lantaran peranan Indonesia di percaturan global. Sebagai contoh dalam pengiriman pasukan penjaga perdamaian di bawah komando PBB. Selain wajib menguasai bahasa Indonesia, sudah pasti bahasa asing mutlak dikuasai.
Tak hanya pasukan penjaga perdamaian, Presiden pun menginginkan agar para penerjemah dari Tanah Air bertambah baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sebab, kerap kali, kata Presiden, penerjemah kita tidak mumpuni dan tersedia. "Ini tidak boleh terjadi. Saya harapkan, penerjemah-penerjemah bisa dilahirkan Pusat Bahasa ini," ujar SBY. rep:muhammad ikhbal ed: muhammad hafil