JAKARTA -- Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang meluncurkan buku berjudul Ekonomi Biru Masa Depan Indonesia di Hotel Asana Kawanua, Jakarta, Selasa (7/10) malam. Buku ini merupakan karya ketujuh Sarundajang yang dikenal aktif sebagai penulis.
Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh nasional. Di antaranya, Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu I (KIB-I) Freddy Numberi, mantan sekretaris umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Pendeta Richard Daulay, Profesor Hendry Alexis Rudolf Tilaar, dan penasihat Asosiasi Ilmu Politik (AIP) Profesor Ryaas Rasyid.
Peluncuran buku tersebut diselingi juga bedah buku yang dipandu wartawan senior asal Sulawesi Utara Ahmed Kurnia. Bedah buku menampilkan pembicara, antara lain, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bakti, Ketua Dewan Penasihat PWI Pusat Tarman Azzam, dan wartawan senior Atmadji Sumarkidjo.
Menurut Sarundajang, Indonesia sudah harus mengubah paradigma pembangunan nasional yang masih berorientasi pada wilayah darat ke wilayah laut. Hal ini karena luas wilayah Indonesia yang mencapai 7,7 juta km persegi, 5,8 juta km perseginya adalah lautan.
Pria yang mempunyai hobi membaca dan menulis ini mengungkapkan konsep ekonomi biru adalah salah satu alternatif pembangunan nasional yang berbasis kelautan dan maritim. Konsep ini diyakini bisa mendorong tumbuhnya industri kelautan dan perikanan. Sehingga bisa menumbuhkan lapangan pekerjaan dan mendorong inovasi teknologi yang tidak merusak lingkungan.
Pria kelahiran 1945 itu berharap ekonomi biru dapat menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, mitra laut harus mendapat perhatian lebih besar dalam program-program pembangunan nasional di masa mendatang.
Menurutnya, ekonomi biru adalah solusi tantangan perilaku ekonomi dunia yang cenderung merusak lingkungan termasuk laut. Ia menambahkan, letak geografis Indonesia yang berada di hamparan Samudra Pasifik sangat memungkinkan jika suatu saat nanti akan mendapat julukan "penguasa Pasifik".
Sarundajang mengungkapkan, ada tiga faktor yang mendorong dirinya untuk menulis buku tersebut. Faktor pertama adalah ide presiden terpilih Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Faktor kedua yaitu Undang-Undang Kelautan yang telah ditetapkan tanggal 29 Septembe. Faktor terakhir adalah pengalaman dirinya yang sejak menjabat wali kota adminstratif Bitung hingga kini sering mendapat penugasan yang ada kaitannya dengan laut. rep:c93 ed: muhammad hafil