JAKARTA--Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Desember 2015 terjadi inflasi sebesar 0,96 persen (month to month). Dengan demikian, secara keseluruhan, sepanjang 2015, tingkat inflasi mencapai 3,35 persen (year on year).
"Ini berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar empat plus minus satu persen (yoy)," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara di Jakarta, Senin (4/1). Selain selaras dengan proyeksi BI, inflasi 2015 sebesar 3,35 persen juga lebih rendah dari target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015, yakni 5,0 persen.
Tatkala membuat perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin pagi, Presiden Joko Widodo mengucapkan rasa syukur atas rendahnya realisasi inflasi sepanjang tahun lalu. "Alhamdulillah, 2015 inflasinya hanya 3,35 persen," kata Presiden seperti dilansir kantor berita Antara. Menurut Presiden, hasil ini merupakan buah kerja keras pemerintah dan BI.
Tingkat permintaan dan penawaran di level masyarakat senantiasa dipantau setiap hari oleh para pemangku kepentingan. "Ini yang akan terus kita lakukan agar inflasi betul-betul di bawah lima persen," ujar Presiden.
BPS mencatat, inflasi 2015 sebesar 3,35 persen merupakan inflasi tahunan terendah sejak 2010. Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan stabilitas harga barang dan jasa. Meskipun demikian, Kepala BPS Suryamin tak menampik jika tingkat inflasi ini turut dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi.
Secara keseluruhan, inflasi 2015 sebesar 3,35 persen terbentuk dengan andil inflasi inti 3,95 persen, kemudian inflasi yang disebabkan oleh harga yang diatur pemerintah (administered prices) sebesar 0,39 persen, harga volatile food 4,84 persen, dan komponen energi yang mengalami deflasi sebesar 4,02 persen.
Inflasi 2016
BI memperkirakan inflasi 2016 berada dalam rentang yang sama seperti tahun lalu, yakni empat plus minus satu persen. Sementara, target pemerintah dalam APBN 2016 ditetapkan 4,7 persen.
Tirta menjelaskan, koordinasi kebijakan pemerintah dan BI dalam mengendalikan inflasi perlu terus diperkuat. Terutama, terkait dengan kemungkinan penyesuaian administered prices maupun inflasi volatile food.
Gubernur BI Agus Martowardojo menilai, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mulai berlaku per hari ini akan mendorong terkendalinya inflasi. "Dari sisi daya beli, khususnya nanti ketika 5 Januari 2016, ada penyesuaian harga BBM, itu akan baik sekali," kata Agus.
Harga BBM jenis Premium diturunkan menjadi Rp 7.150 per liter dari harga semula Rp 7.300 per liter. Sedangkan, harga BBM jenis solar diturunkan menjadi Rp 5.950 per liter dari sebelumnya Rp 6.700 per liter. Penurunan juga diberlakukan terhadap BBM nonsubsidi.
Harga BBM jenis Pertalite turun dari Rp 8.150 per liter menjadi Rp 7.950 per liter. Sementara, harga BBM jenis Pertamax diturunkan dari Rp 8.650 per liter menjadi Rp 8.450 per liter.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Tengah Jam Jam Zamachsyari menyatakan, penurunan harga BBM berpotensi mengakibatkan terjadinya deflasi. "Selama tidak ada kenaikan harga pada komoditas lain," ujar Jam Jam.
Jam Jam mengaku, sejauh ini BPS belum melakukan perhitungan mengingat penurunan harga BBM baru akan diberlakukan hari ini. Meski demikian, jika pada awal tahun ini terjadi kenaikan harga untuk bahan pangan pokok, salah satunya beras, potensi terjadinya inflasi akan lebih besar.
"Selain beras, bumbu-bumbuan juga memiliki kecenderungan mengakibatkan inflasi," kata Jam Jam. "Meski demikian, kami tidak dapat memprediksi karena hitung-hitungan kami berdasarkan hasil survei di lapangan." ed: muhammad iqbal