Rabu 19 Nov 2014 15:00 WIB

Siapa Idola Kamu?

Red:

Coba deh kamu jawab pertanyaan di atas. Siapa sih idola kamu? Siapa yang terbayang dalam benak kamu begitu disebut kata idola? Orang tua sendiri, artis, tokoh politik, atau seorang atlet mungkin?

Ternyata, untuk anak muda seperti kita, sangat wajar jika kita mempunyai idola atau seseorang yang menginspirasi. Bahkan, ada yang menyebut penting untuk mempunyai seseorang yang bisa dijadikan idola. "Remaja memang normalnya memiliki tokoh idola," ujar psikolog anak dan remaja, Astrid Wulansari Emeline N, MPsi.

Jadi, setelah lepas dari sosok orang tua, anak muda mulai mencari figur lain yang bisa dijadikan contoh. Figur idola ini muncul ketika kita mengalami proses pembentukan jati diri sehingga kita pun berpetualang mencari identitas serta kepribadian yang sesuai. Tidak heran bila remaja seperti kita pun mencontoh sosok yang dirasa paling dekat dengan kita.

Hal senada juga diungkapkan psikolog Dyah Sekaringsih yang menilai masa remaja merupakan masa perkembangan karakter menuju dewasa. Pada usia remaja, kita mudah terpengaruh banyak orang, terutama lingkungan teman-teman sebayanya yang memang dekat satu sama lain.

Atau, kita juga terkagum-kagum dengan orang yang sedang top, seperti para artis lokal, Hollywood, Jepang, hingga Korea.

Maka, kita meniru mulai dari cara berpakaian, cara komunikasi, dan perilaku mereka.  Salah? Tidak juga. "Lingkungan memang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan remaja," ujar Dyah.

Menurut psikolog dari Taman Hati ini, mengidolakan artis tidak selalu negatif. Justru bisa menjadi bekal dan contoh baik bagi perkembangan perilaku kita. Apalagi, jika memang teman-teman kita pun mengidolakan artis yang sama.

Adapun yang penting, kita tahu memilah mana yang baik diambil dan mana yang tidak. Misalnya nih, kamu cinta berat dengan lagu-lagu Nirvana. Nggak salah, dong! Lantas, kamu jadi kagum dengan vokalisnya. Tapi, hati-hati karena jalan hidup sang vokalis sendiri berakhir tragis dan tidak selayaknya dicontoh.

Atau, kamu sedang berniat berkarier di jalur politik. Tidak ada salahnya kamu mencari inspirasi dari tokoh-tokoh politik Tanah Air yang bisa memberikan pengajaran positif dari perilakunya dan kiprah politiknya.

Untuk menemukan idola yang pas, bisa juga kok kamu mendiskusikan dengan orang tua, teman, atau guru yang asyik diajak diskusi. "Saya percaya tidak semua remaja bebas dan gampang terpengaruh karena ada juga yang positif," kata Dyah.

Idola merupakan pemacu anak muda melakukan segala tindakan. Walau kadang kita merasa sang idola sulit digapai, kita tetap merasa dekat dengan mereka. "Jadi, prioritas kamu mengidolakan untuk mendukung kamu mengejar mimpi, bukan malah melupakan mimpi kita," ujar Astrid.

N ed: endah hapsari

***

Ayah Sangat Mengagumkan

Firdha Siti Fatma

 

Sosok ayah yang mandiri, selau berusaha, pantang menyerah, dan telaten membuat Firdha Siti Fatma sangat kagum kepadanya. Bahkan, mahasiswi Gunadarma ini menjadikan ayah kandungnya itu sebagai pahlawan dalam kehidupannya.

Dirinya selalu mencontoh semua sifat dan perbuatan baiknya serta ingin menjadi sosok seperti ayahnya dalam menjalani segala aktivitas dalam kehidupan. "Pokoknya tidak ternilai, tidak bisa dinilai dengan angka atau apa pun. Ayah itu panutan banget dalam hidup aku," kata Firdha.

Sang ayah, ia mengungkapkan, sangat mengagumkan. Dengan sifatnya yang luar biasa, beliau mampu membuatnya dapat berhasil seperti sekarang ini.

Untuk itu, dara berusia 17 tahun itu selalu ingin berusaha "menjadi" seperti ayahnya dalam menghadapi segala masalah dan tantangan. Misalnya, dengan selalu berusaha untuk meminimalisasi bantuan dari orang lain ketika ada masalah. Semuanya agar dapat menjalani hidup dengan lebih kuat. "Walaupun dulu Ayah kekurangan tapi sekarang jadi kecukupan karena usahanya sendiri dan itu keren," ujarnya.

Lantaran itulah mahasiswi semester I jurusan teknik sipil ini selalu berusaha dan belajar dengan keras agar ke depannya dapat sukses seperti ayahnya. Caranya, dengan selalu fokus mengejar cita-cita. "Dengan belajar dan menunjukkan nilai bagus, minimal IPK 3. Pokoknya selalu do the best," kata Firdha.

Karena itu tak heran jika Firdha tidak terlalu fanatik mengidolakan selebritias lokal, Hollywood, Korea, Jepang, dan lainnya seperti remaja seusianya. "Aku tahu benar track record ayah yang keren. Kalau artis, kan belum jelas. Siapa tahu mereka sifatnya jelek," ujarnya tegas.

***

Buya Hamka Hingga Mahabarata

Cucu Sulastri

Cucu Sulastri mengaku sangat suka dengan berbagai pemikiran tokoh Buya Hamka. Baginya sastrawan asal Sumatra Barat itu mampu memberinya pencerahan, termasuk saat mengerjakan skripsi.

"Buku tafsir Al Azharnya, aku jadikan pedoman ketika membuat skripsi," ujar lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang baru diwisuda awal November ini. Cucu menambahkan, hampir semua novel karya Buya Hamka pun pernah dibacanya dan ia sangat mengagumi setiap tulisannya.

Salah satu novel terkenal Buya Hamka berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck telah dibacanya sejak SMA. Mulai saat itulah, ia merasa pemikiran cendekiawan tersebut sangat bagus. Namun, Cucu baru benar-benar mengidolakan Buya Hamka selama setahun belakangan ini.

Cucu tak memungkiri bahwa pemikiran Buya Hamka turut memengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu. Misalnya, tentang pengertian dalam toleransi beragama.

Menurutnya, idola adalah orang yang bisa membuka pemikirannya menjadi lebih bermakna. Maka dari itu, selain Buya Hamka, ia juga mengagumi pengarang Epos Mahabarata, Bhagavan Krishna Dvaipayana Vyasa.

Bagi Cucu kisah Mahabarata sangat hebat. Berbagai pemikiran, intrik, serta filosofi di dalamnya bagus serta sangat mendalam. Ia yakin tak mudah untuk menulis kisah seepik itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement