Sabtu 12 Jul 2014 12:00 WIB

Zikir dan Amal Saleh

Red: operator

Oleh Prof Dadang Kahmad -- Islam menyeimbangkan kehidupan spiritual dan sosial pemeluknya. Sisi spiritual dan sosial tak boleh terpisah, bagaikan dua sisi mata uang. Seorang mukmin sejati tidak boleh abai pada duniawi, tapi tak pula silau dengan harta dan takhta.

Semuanya seimbang, antara berzikir, beribadah, berpikir, bersyukur, bekerja keras mencari nafkah, dan beramal sosial. Tidak ada ibadah yang lebih dipentingkan.Semuanya harus dipenuhi sebaik mungkin.

Ketika kita melaksanakan puasa, ada waktunya berbuka, tidak diperkenankan berpuasa 24 jam. Rasulullah selalu berzikir, tapi juga berdakwah, mencari nafkah, dan di depan ketika di medan perang.

Tidak cukup hanya dengan mengingat Allah kita beribadah, seperti ritual shalat, tetapi ibadah sosial lainnya wajib dilakukan. Bahkan, berpikir dan mencari ilmu pengetahuan termasuk amal saleh.

Dengan zikir, kita selalu mengingat Allah SWT. Lidah selalu basah karena zikir, sementara hati tak pernah sedetik pun melupakan-Nya. Bagi para sufi, sekejap saja lalai dari berzikir merupakan dosa.

Dalam surah al-Ahzab ayat 41, "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya."

Hati yang terus mengingat Allah selalu terjaga setiap saat sehingga hidup penuh manfaat. Ruang batin yang terus terisi oleh cahaya ilahi akan terefleksi dalam amal saleh sehari-hari. Berzikir, berpikir, dan beramal adalah kesatuan tak terpisahkan.

Alquran surah Ali Imran ayat 190 mem berikan gelar kepada manusia yang selalu menjaga zikir, pikir, dan amal salehnya itu dengan sebutan ulil albab. Dijelaskan oleh ayat berikutnya (191) memiliki ciri, "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Dengan selalu mengingat Allah, maka Allah selalu mengingat kita. "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS al-Baqarah:152).

Mengingat Allah adalah perisai dari godaan hawa nafsu dan perilaku yang melewati batas. Menjaga diri dengan selalu zikir setiap waktu kita terjaga dari hawa nafsu, dosa pun akan menjauh.

Itulah sebabnya dengan mengingat Allah, hati akan tenteram karena terjaga dari dosa dan selalu bersyukur atas apa yang diperoleh. Dalam surah ar-Ra'du ayat 28, "... Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram." Ketenteraman akan membawa kepada kebahagiaan dunia-akhirat?Demikianlah, zikir, pikir, dan amal saleh adalah kesatuan tak terpisahkan.

Ketika hati dan lidahnya berzikir tiada henti, pikiran seorang mukmin terus bertafakur dan bertadabur untuk memahami seluruh keagungan ciptaan Allah.

Sikap dan perilaku kesehariannya selalu menenteramkan, bermanfaat, ucapannya lemah lembut, membahagiakan, dan menebar kebaikan kepada sesama. Tidak hanya berdimensi vertikal- spiritual, tapi juga berakhlak mulia kepada sesamanya (berdimensi horizontal-sosial).

Dalam suasana ibadah puasa, setiap saat, zikir harus dijaga. Seluruh anggota badan pun harus dilatih agar terhindar dari perbuatan dosa. Latihlah terus shalat malamnya sehingga setelah Ramadhan pun masih terus dilaksanakan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement