Senin 24 Nov 2014 12:00 WIB

WPF Sepakat Perbanyak Agen Perdamaian

Red:

JAKARTA — Perhelatan World Peace Forum (WPF) ke-5 berakhir, Ahad (23/11). Konferensi yang diinisiasi oleh organisasi Islam Muhammadiyah dan Cheng Ho Multicultural Trust of Malaysia serta Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) ini menghasilkan sejumlah kesepakatan.

Capaian itu, di antaranya, WPF ingin agar agen perdamaian di seluruh dunia bertambah, termasuk pelibatan unsur pemerintah dan masyarakat. "Selama ini, kita, Muhammadiyah, terus berperan sebagai peace provocator (agen perdamaian), harus digandakan agar lebih banyak lagi yang menjadi agen perdamaian dunia," kata Ketua Pelaksana WPF Andar Nubowo kepada Republika, Ahad (23/11).

 

Agen perdamaian meliputi pemerintah sebagai pihak aktif penyelesai konflik. Caranya dengan mendorong upaya diplomasi dan mendahulukan mediasi. Selain itu, keterlibatan lembaga kemanusiaan dunia, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), harus terus didorong. Kemudian, lembaga sipil, baik yang berbasis agama maupun masyarakat umum.

Mereka bisa melakukan edukasi kepada masyarakat, termasuk para anggotanya tentang pentingnya upaya menjaga perdamaian. "Ormas jangan sampai yang malah memprovokasi masyarakat agar tersulut konflik," kata Andar.

Menurut Andar, jurnalis juga memiliki peran penting dalam perdamaian. Peace journalism, kata dia, harus terus didorong. Jangan sampai media yang menjadi ujung tombak informasi malah menyulut atau memperparah konflik.

Belajar dari pengalaman, kata Andar, konflik terjadi akibat adanya pembiaran ketika benturan antarwarga tersulut. Sementara, reaksi cepat dan nyata untuk menjaga perdamaian belum terbangun.

Dalam konferensi ini, WPF mengkaji penyelesaian konflik di dalam negeri, semisal, di Aceh, Poso, dan Ambon, maupun konflik di negara tetangga, seperti Myanmar, Filipina, dan Thailand. Beragam kemelut ini dikaji untuk mencari titik temu atau rumusan efektif menyelesaikan konflik dunia.

WPF digelar sejak Kamis pekan lalu dan diikuti perwakilan dari 38 negara. Ketua Umum PP Muhammdiyah Din Syamsuddin mengatakan, di WPF ada lima kasus konflik yang dibahas dan dipelajari. Peserta belajar bagaimana strategi Indonesia yang dianggap berhasil menyelesaikan konflik vertikal antara rakyat dan negara di Aceh maupun konflik horizontal antarmasyarakat di Maluku dan Poso.

"Dari success story tersebut, ada pelajaran yang diambil dan ditularkan pada masyarakat dunia. Intinya adalah mediasi dan diplomasi yang mengakomodasi segala kepentingan," ujar Din Syamsuddin. n c87 ed: teguh firmansyah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement