Kamis 24 Mar 2016 13:00 WIB

Taksi Gratis, Armada Sepi

Red:

Republika/Yasin Habibi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perusahaan taksi Blue Bird memenuhi janjinya untuk menggratiskan layanan kepada penumpang selama sehari penuh, terhitung dari pukul 00.00 hingga 23.00 WIB, Rabu (23/3). Layanan gratis tersebut adalah bentuk kompensasi yang diberikan PT Blue Bird menyusul aksi demonstrasi para sopir taksi yang berbuntut kericuhan, Selasa (22/3).

Salah satu pengemudi taksi Blue Bird, Suparman, mengatakan, layanan gratis dari perusahaannya kemarin mendorong banyak masyarakat memanfaatkan kesempatan tersebut. Dalam lima jam saja, yakni dari pukul 08.00 hingga 13.00 WIB, sudah ada 12 penumpang yang ia layani. "Penumpangnya naik-turun terus dari pagi, enggak berhenti-berhenti," kata Suparman saat memberi tumpangan kepada Republika, kemarin.

Di dalam taksi, di bagian belakang tempat duduk depan, terpasang pengumuman dari kertas bertuliskan permintaan maaf atas ketidaknyamanan penumpang karena aksi unjuk rasa Selasa lalu. Pengumuman tersebut tak dijelaskan dari siapa.

Secara resmi, manajemen perusahaan PT Blue Bird memang belum meminta maaf atas aksi kericuhan dalam unjuk rasa. Mereka menyatakan tak pernah mendorong para sopir turun ke jalan.

Manajemen berdalih, para sopir berdemo dalam kapasitasnya sebagai anggota dari Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD), bukan dari perusahaan. Padahal, tampak jelas bahwa peserta aksi unjuk rasa pada Selasa (22/3) berseragam biru langit dengan armada berwarna serupa, yang merupakan warna khas Blue Bird.

Menurut Suparman, peluang langka kemarin juga dipergunakan penumpang untuk bepergian ke tempat yang jauh. Sebagai contoh, salah satu penumpang yang ia bawa ada yang naik di Bekasi, Jawa Barat, dan minta diantarkan ke Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Kendati demikian, menurut dia, layanan gratis kemarin hanya mencakup jasa penggunaan armada dan bahan bakar, tidak termasuk biaya operasional lainnya selama perjalanan. "Untuk pemakaian bahan bakar selama sehari, kami sudah dibekali kantor. Tapi, untuk urusan biaya tol dan parkir, tetap menjadi tanggung jawab penumpang," kata Suparman.

Senada dengan Suparman, sopir taksi Blue Bird, Asmani (41), mengaku taksinya memang menjadi rebutan. "Wah, saya hari ini merasa seperti artis. Banyak sekali yang mau sama saya. Cihuy. Orang-orang di jalan manggil-manggil minta ke bandara, memberi tanda terbang pakai tangan. Tapi, saya sudah bosan ke bandara, sudah dua kali pagi ini," kata Asmani menggebu-gebu.

Asmani keluar pul di Cengkareng sejak pukul 03.00 WIB. Hingga pukul 09.00 WIB, pemasukan yang seharusnya dia dapat sesuai argometer adalah sekitar Rp 1,2 juta, naik empat kali lipat dari hari-hari biasa pada periode jam yang sama. Asmani menuturkan, meski menggratiskan tumpangan, dia tetap mendapat komisi dari perusahaan. Dia menjelaskan, para sopir hanya diminta menyerahkan struk tanda menaikkan tamu ke perusahaan.

Asmani mengklaim tidak ikut unjuk rasa bersama teman-temannya pada Selasa (22/3). "Tadi pagi saya baca arahannya adalah semua taksi Blue Bird Group, termasuk Pusaka, harus memberikan layanan gratis dan wajib mengucapkan permintaan maaf pada tamu. Menurut saya, yang melakukan sweeping dan anarkisme itu sebenarnya bukan kawan saya. Dari satu pul yang isinya ribuan taksi itu hanya diizinkan perwakilan 10 orang yang demo, kok kemarin mendadak banyak sekali yang pakai baju biru," katanya.

Aang Muhammad, sopir taksi Blue Bird dari pul Bintaro, mengklaim bahwa promo kemarin merupakan bentuk permintaan maaf dari manajemen Blue Bird atas aksi demonstrasi. "Katanya sih sebagai bentuk permintaan maaf dari manajemen karena demo kemarin," ujarnya, di Tangerang.

Aang yang baru bergabung menjadi sopir Blue Bird dalam hitungan hari itu mengatakan, semua sopir yang menarik pelanggan mendapat komisi Rp 150 ribu dari perusahaan di samping uang bahan bakar.

Bagaimanapun, bagi penumpang, ternyata tak mudah menemukan taksi Blue Bird yang kosong. Frety (34) yang sedianya sudah enam bulan menggunakan angkutan berbasis daring mengklaim ingin kembali ke taksi konvensional tetapi tak menemukan armada kosong kemarin.

Terhitung setengah jam lebih, dirinya dan anggota keluarganya menunggu di depan lobi salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Ujung-ujungnya, ia mengurungkan niat dan kembali menghubungi layanan transportasi daring.

"Saya sudah mencoba naik taksi Blue Bird dari tadi, tapi enggak dapat-dapat. Saya mau ke bandara. Taksi lain jarang lewat sini, dari tadi saya cuma melihat Blue Bird Group saja," kata calon penumpang lainnya, Aminah (45 tahun), yang mencegat taksi di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat.

Salah satu pengemudi taksi Blue Bird, Solikin, mengiyakan bahwa tak banyak armada yang beroperasi kemarin. Ia menjelaskan, aksi unjuk rasa yang berujung ricuh pada Selasa (22/3) menyebabkan tak sedikit pengemudi masih khawatir akan kejadian serupa.

Kebanyakan tak ingin jika kendaraan yang mereka bawa rusak serta keselamatan diri sendiri dan penumpang terancam. "Kalau mobil rusak, ya sudah, mau diapain lagi? Tapi, kalau sampai kitanya yang kenapa-kenapa? Tapi saya coba aja narik hari ini," ujar Solikin. rep: Ahmad Islamy Jamil, Puti Almas c35/antara ed: Fitriyan Zamzami

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement