Kamis 21 Apr 2016 18:20 WIB

Potensi Bisnis MRO Capai Rp 26,4 Triliun

Red: operator

Jumlah penumpang udara nasional akan mencapai 270 juta penumpang pada tahun 2034.

JAKARTA — Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan, pesatnya pertumbuhan industri penerbangan membuka peluang besar pada industri perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance, repair, and overhaul (MRO). Bahkan, diperkirakan Asia Pasifik akan menjadi pusat pertumbuhan industri MRO pada 2022.

Saleh menyebut, potensi bisnis industri MRO di Indonesia saat ini mencapai 920 juta dolar AS atau Rp 12,1 triliun (kurs dolar AS Rp 13.200). "Dalam empat tahun ke depan bisa naik menjadi 2 miliar dolar AS, setara Rp 26,4 triliun." ujar dia pada Konferensi Aviation Maintenance Repair and Overhaul Indonesia (AMROI) ke-4 di Jakarta, Rabu (20/4).

Menperin mengatakan, sejak peraturan pemerintah mulai dilonggarkan pada 2000, pertumbuhan jasa penerbangan melonjak tajam. Sejumlah industri penerbangan saat ini bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional.

Dengan memiliki jumlah penduduk 250 juta dan wilayah yang cukup strategis, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial bagi para investor dunia untuk membangun industri penerbangan di Indonesia. Selanjutnya, potensi besar untuk industri penerbangan karena menawarkan kenyamanan dan waktu yang lebih cepat serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan multiplier effect bagi sektor lainnya. 

Berdasarkan laporan International Air Transport Association (IATA), jumlah penumpang udara nasional akan mencapai 270 juta penumpang pada tahun 2034. Artinya, akan kenaikan lebih dari 300 persen dibanding pada 2014 dengan jumlah sebanyak 90 juta penumpang. "Diperkirakan Indonesia akan masuk 10 besar pasar penerbangan dunia pada 2020, bahkan akan menjadi lima besar dunia pada tahun 2034," kata Menperin. 

Di sektor tenaga kerja, industri penerbangan global pada saat ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 58 juta orang dengan nilai ekonomi mencapai 2,4 triliun dolar AS. Diperkirakan dalam 20 tahun ke depan industri penerbangan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 105 juta orang dan menyumbang 6 triliun dolar AS terhadap PDB dunia.

Saat ini, lanjut Menperin, industri penerbangan nasional memiliki 61 maskapai penerbangan niaga didukung oleh 750 pesawat, yang beroperasi terjadwal dan tidak terjadwal. Diperkirakan jumlah pesawat akan mencapai 1.030 unit pada tahun  2017. 

Sementara, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menegaskan, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan empat kebijakan strategis dalam upaya pengembangan industri MRO Indonesia ke depan. 

Pertama, memenuhi ketersediaan komponen pesawat dengan mendorong pembangunan industrinya. Hingga saat ini, beberapa industri komponen pesawat telah tumbuh dan berkembang, yang tergabung dalam Indonesia Aircraft and Component Manufacturer Association (INACOM). "Kami mengharapkan industri MRO, industri jasa penerbangan, dan industri pesawat terbang bekerja sama dengan INACOM dan memprioritaskan komponen yang diproduksi industri dalam negeri. Sehingga, akan menghemat devisa dan turut mendorong tumbuhnya industri komponen dalam negeri," ujarnya.

Kedua, peningkatan jumlah sumber daya manusia (SDM) industri MRO. Diperkirakan, Indonesia akan membutuhkan sebanyak 12-15 ribu tenaga ahli industri MRO hingga 15 tahun ke depan. Saat ini sekolah-sekolah teknisi penerbangan di Indonesia hanya menghasilkan 200 tenaga ahli pertahun, sedangkan kebutuhannya mencapai 1.000 orang per tahun. 

Ketiga, diperlukan pembangunan aerospace park atau kawasan industri kedirgantaraan yang terintegrasi untuk mendukung industri kedirgantaraan dalam negeri. Sementara, terakhir, pemberian insentif untuk peningkatan daya saing industri kedirgantaraan nasional agar dapat tumbuh dan berkembang sehingga mampu menyerap pasar nasional dan internasional. "Kami mengharapkan industri MRO di Indonesia semakin efisien dalam operasionalnya dan dapat mencari celah serta terobosan-terobosan baru sehingga memiliki daya saing dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang membuat persaingan usaha semakin ketat," katanya memaparkan.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto mengatakan, pihaknya terus mendorong pemerintah untuk memberi dukungan penuh terhadap kemajuan industri MRO di Indonesia. "Salah satu kebijakan pemerintah yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi industri MRO adalah paket kebijakan ekonomi ke-8 yang telah menjadikan bea masuk 21 pos tarif komponen pesawat udara nol persen. Kebijakan pemerintah ini  menjadi peluang bagi industri MRO mampu bersaing dengan kompetitornya di regional," ucapnya.  rep: Muhammad Nursyamsi, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement