Sepuluh hari terakhir Ramadhan hampir tiba. Sejumlah masjid mempersiapkan diri menyambut jamaah yang iktikaf atau berdiam diri di masjid untuk beribadah. Banyak di antara mereka berharap memperoleh Lailatul Qadar.
"Jamaah iktikaf selalu ramai, bisa mencapai 700 sampai lebih dari seribu jamaah, terutama pada malam-malam ganjil," kata Ketua Tim pengarah Manajemen Masjid Baitul Ihsan (MMBI) Bank Indonesia Trisno Nugroho, Senin (14/7).
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, ia bercerita bahwa pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, situasi masjid seperti pondok pesantren. Di aula khusus, banyak kopor dan handuk milik jamaah yang menginap untuk beriktikaf.
Sepanjang malam pun menjadi hidup dengan kegiatan shalat dan mengaji Alquran. Jamaah yang datang bukan hanya dari daerah sekitar masjid, melainkan ada juga yang dari luar kota, seperti Depok dan Karawang, Jawa Barat.
Untuk mengelola jamaah dan kegiatan iktikaf, Masjid Baitul Ihsan menggandeng Daarut Tauhid. Trisno menjelaskan, bagi jamaah yang ingin beriktikaf, manajemen masjid menarik infak Rp 15 ribu per malam. Ini untuk makan sahur dan sharing operasional masjid.
Pemungutan biaya bukan tanpa alasan. Menurutnya, masjid mampu melayani jamaah secara cuma-cuma. Namun, infak bertujuan menambah kesungguhan jamaah beriktikaf. Setelah mendaftar, jamaah dapat mengikuti seluruh kegiatan di masjid dan fasilitasnya.
Setiap malam pada pukul 21.00 WIB, ada materi iktikaf yang dipandu ustaz-ustaz bagus, seperti Felix Siauw, Mukhtar Umar, Ary Ginanjar, dan lainnya. "Untuk malam-malam ganjil, akan ada tamu spesial, tahun lalu diisi Ary Ginanjar," ujarnya.
Mengingat banyaknya jamaah, tahun ini MMBI membangun 19 kamar mandi dan WC. "Jadi, total ada 27 kamar mandi untuk yang iktikaf," kata Trisno. Sebelumnya, MMBI setiap tahun menyewa mobil WC keliling untuk memenuhi kebutuhan jamaah.
Agar tak lagi menyewa setiap tahun, MMBI pun mengusulkan kepada Bank Indonesia (BI) agar membangun WC baru dan dapat terlaksana pada tahun ini. Manajer Operasional dan Pelayanan MMBI Slamet Agung Rijadi menyatakan pernah melakukan wawancara secara acak jamaah iktikaf.
Terungkap, ada beberapa jamaah dari Solo. Mereka datang sekeluarga untuk beriktikaf di Masjid Baitul Ihsan. Agung menambahkan, jamaah iktikaf terdiri atas semua kalangan. Dari kelompok usia muda hingga usia lanjut.
Ia bercerita, pernah ada jamaah yang sudah tua, namun tetap semangat mengikuti kegiatan shalat malam. Padahal, imam shalat bacaannya panjang-panjang hingga mencapai tiga juz. Jamaah itu justru senang karena imam fasih dengan bacaannya.
"Kalau capai, saya shalat sambil duduk saja," ujar Agung menirukan ucapan jamaah tersebut.
Selain itu, Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) juga menggelar iktikaf. Humas Ramadhan MASK Adhi Laksono mengatakan bahwa iktikaf berlangsung selama sepuluh hari terakhir puasa.
Puncak iktikaf atau iktikaf akbar pada hari ke-27 Ramadhan atau hari ke-26 malam. Istilah iktikaf akbar, ia mengungkapkan, dilihat dari banyaknya jamaah yang bisa mencapai 6.000-7.000 orang. Dengan banyaknya jamaah, pengurus masjid siap memberikan layanan.
Jamaah bakal mendapat makan sahur. Mereka juga memberikan bimbingan ibadah dan kajian berupa tadarus, tausiyah, dan shalat malam yang dimulai setelah Tarawih. Tak ada program khusus sebab pada prinsipnya jamaah iktikaf akan dibimbing imam.
Pelayanan lainnya dalam bentuk perbaikan dan penambahan fasilitas air. Untuk jamaah perempuan dan laki-laki, ada fasilitas penambahan keran air dan kamar mandi. "Ada sekitar 90 keran wudhu baru dan 20 kamar mandi," ujar Adhi.
Untuk mengoptimalkan kegiatan tausiyah, pengurus masjid menyediakan proyektor dan pendingin udara. Adhi menyatakan, siapa pun dapat beriktikaf gratis. Ia berharap tahun ini antusiasme jamaah semakin tinggi.
Ia melihat akhir-akhir ini jamaah Tarawih khususnya mengalami penurunan. Adhi mengaku tak tahu pasti alasan penurunan itu, tetapi ia perkirakan karena sering hujan pada sore hari. rep: c78 ed: ferry kisihandi