Selasa 02 Sep 2014 12:00 WIB
inspirasi

Rahmi Adi Putra Tahir, Mengubah Keharuan Menjadi Semangat Berbagi

Red:

Kamis malam pada pertengahan Agustus (14/8) silam, Rahmi Adi Putra Tahir belum tampak lelah. Ia masih bersemangat menjawab pertanyaan wartawan. Binar matanya menyiratkan antusiasmenya terhadap dunia yang digelutinya selama 11 tahun terakhir.

Hari itu, Rahmi menerima sumbangan dari Metro Departement Store berupa zona bermain dan belajar untuk rumah singgah Graha Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI). Rumah ini menjadi tempat hunian andalan bagi keluarga anak penderita kanker dari seluruh Indonesia yang kurang mampu. Rahmi senang sekali belakangan mulai banyak perusahaan yang menyalurkan dana corporate social responsibility-nya untuk membantu kelancaran pengobatan anak-anak yang terserang kanker.

Rahmi bisa merasakan beratnya merawat anak yang berjuang melawan kanker. Si bungsu Saprita Tahir menderita leukimia saat usianya baru sembilan bulan. Ia dan suami bingung mengenai pengobatan dan penanganannya. Terlebih, pada era '90-an informasi dan pengobatan mengenai penyakit kanker pada anak masih sulit ditemukan. Fasilitas di rumah sakit juga kurang memadai. "Kami beruntung bisa membawa Saprita berobat ke Amsterdam, Belanda," ujar Rahmi kepada Republika, Selasa (26/8) silam.

Beberapa bulan mendampingi Saprita berobat di Belanda, Rahmi merasakan perbedaan yang mencolok dengan kondisi di Tanah Air. Ketersediaan peralatan, obat-obatan, dan biaya kesehatan semua menjadi tanggung jawab pemerintah. Di Indonesia, fasililtas tersebut masih sulit didapatkan. "Apalagi, kanker pada anak belum menjadi fokus pemerintah pada saat itu," tutur perempuan berusia 58 tahun ini.

Kembali ke Tanah Air, Rahmi membawa misi tersendiri dan mendiskusikannya dengan sesama orang tua anak penderita kanker. Pada 24 Mei 1993, berdirilah Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI). Mereka merasa perlu membuat wadah untuk saling berbagi informasi dan bertukar pikiran. "Kami mendirikan yayasan ini berlandaskan hati nurani."

Kekompakan yang selalu terjaga membuat YOAI semakin berkembang. Ketika ada masalah antaranggota, tidak ada yang membawanya menjadi serius. Rahmi selalu membantu berdialog untuk menyelesaikan masalah internal yayasan.

Dengan tim yang kompak dan kegiatan yayasan yang terprogram, Rahmi semakin aktif bergerak. Bersama YOAI ia memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kanker pada anak, baik melalui posyandu ataupun seminar di berbagai kota. Ia pun turut menyukseskan berdirinya parent support group.

Rahmi tidak kesulitan menjaring relawan. Banyak rekan dari profesi dokter maupun psikolog yang suka rela berkontribusi. Bantuan finansial untuk biaya pengobatan dan perawatan pasien kanker anak yang tidak mampu pun YOAI dapatkan tanpa ada kendala berarti. "Kami membuat proposal kegiatan yang kreatif dan karenanya ditanggapi serius oleh donatur."

Salah satu contohnya ialah pembuatan ruang rawat inap pasien kanker anak. Sebelumnya, RS Kanker Dharmais sebagai rujukan pusat penyakit kanker nasional belum memiliki ruang rawat inap khusus anak. Pasien anak ditempatkan di lokasi yang sama dengan pasien dewasa. "Kami lantas mengusulkan untuk membuat ruangan tersebut," kata ibu tiga orang anak ini.

Pihak rumah sakit menyambut baik niat tersebut. Rahmi dan orang tua anak survivor kanker lainnya urun rembuk mendesain kamar perawatan tersebut berbekal pengalaman mendampingi buah hati mereka ketika diopname. Ruang rawat anak dibuat jauh dari kesan suram. Cat temboknya berwarna-warni, tempat tidurnya khas anak-anak, dan tersedia ruang bermain yang dapat membuat pasien cilik merasa seperti tengah berada di taman bermain dan nyaman.

Menempati area 1.000 meter persegi, ruang rawat khusus anak berada di lantai empat RS Dharmais. Ada 34 ruangan yang tersedia. Jumlah tersebut masih kurang karena banyak pasien cilik yang mengantre untuk mendapatkan kamar sementara penyakit kanker memang memerlukan pengobatan yang tak sebentar.

YOAI sebisa mungkin membantu para pasien agar bisa mendapatkan kamar. Pasien kurang mampu yang mendapat rekomendasi dari dokter berhak untuk menerima bantuan. "Begitu pula dengan aksesnya terhadap obat-obatan yang tidak disubsidi oleh pemerintah," kata Ketua YOAI ini.

Hingga saat ini sudah ribuan anak-anak Indonesia yang terbantu berkat keberadaan YOAI. Memang tidak semuanya sembuh, tetapi banyak juga yang berjuang dan kuat. Anak-anak yang berhasil menjadi survivor tidak sedikit yang berhasil menata hidup. Beberapa dari mereka telah tamat perguruan tinggi lalu bergabung dengan YOAI menyemangati adik-adik kanker yang saat ini tengah berjuang melawan kanker.

Rahmi berharap, bantuan YOAI bisa merambah daerah pelosok di Indonesia. Akan tetapi, saat ini yayasannya masih terkendala dana dan juga akses. "Semoga suatu saat anak pengidap kanker di daerah pelosok juga bisa tersentuh bantuan YOAI," ujarnya. ed: reiny dwinanda

***

Kehangatan Keluarga

Sejak dipersunting Adi Putra Taher, Rahmi giat beraktivitas sosial. Sang suami memintanya untuk terjun ke dunia tersebut. Semula, ia bingung menjalani kegiatannya. Apalagi, ia tak memiliki pengalaman berorganisasi.

Rahmi belajar dengan cepat. Begitu bergabung ke sebuah klub, ia langsung mempelajari struktur organisasinya. Dari situ ia mulai melek caranya berorganisasi. Sejalan waktu, ia menemukan teman-teman sepemikiran dan memutuskan untuk berhimpun.

Sebelum aktif di YOAI, Rahmi menjadi pengurus di beberapa yayasan, di antaranya, Yayasan Penyantun Anak Asma Indonesia Sudhaprana dan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta. Rahmi memilih fokus di bidang kesehatan karena mengganggap kesehatan merupakan poin terpenting dalam kehidupan. Dari aktivitas sosialnya, ia memiliki jejaring yang baik dengan banyak orang. "Saya juga selalu menambah pengetahuan agar pemikiran tak stagnan."

Meski aktivitas sosialnya padat, Rahmi tetap menjadikan keluarga sebagai prioritas. Nenek dari tiga orang cucu ini mendedikasikan waktunya pada akhir pekan untuk berkumpul bersama keluarga. Mereka terbiasa makan bersama atau jalan-jalan di hari libur. Dengan begitu, keharmonisan keluarga tetap terjaga. Rahmi merasa beruntung memiliki keluarga yang selalu mendukung semua kegiatannya. Anak sulungnya bahkan juga mengikuti jejaknya dengan aktif di dunia sosial.

Di tengah kesibukannya, Rahmi masih sempat menyalurkan hobi mengoleksi kain tradisional. Ia sangat menyukai batik, tenun, songket, ataupun ikat. Tak heran bila perempuan yang sudah memiliki ratusan kain lokal ini juga aktif dalam Perkumpulan Rumah Pesona Kain. "Saya sering memadankan blus dengan rok dari bahan kain tradisional," tutur Rahmi.

Selain aktif berorganisasi, Rahmi juga senang berolahraga. Bersepeda menjadi olahraga favoritnya. Hampir setiap minggu ia menyempatkan diri bersepeda bersama kawan-kawan seusianya. "Lumayan untuk cari keringat," kata perempuan yang gemar bersepeda di kawasan sejuk ini. Menjaga pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi seimbang juga diterapkannya. Tak heran, ia masih aktif dan memiliki segudang kegiatan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement