Rasanya sayang jika melewatkan musim panas tanpa kemping. Ya, karena hanya di musim panaslah kami bisa kemping seperti ini. Dan untuk kesekian kalinya kami kemping di Cornwall, sebuah provinsi yang terletak di barat daya Inggris. Meski sudah beberapa kali kemping di Cornwall, suasananya selalu berbeda
Kemping yang kami lakukan ini banyak dilakukan oleh keluarga Inggris lainnya. Karena animo masyarakat sangat tinggi akan hal ini, Inggris memiliki banyak campsite/bumi perkemahan. Tidaklah heran jika Cornwall memiliki banyak campsite, karena pesona alamnya sangat mendukung.
Foto-foto:Dokpri
Salah satunya karena posisinya di semenanjung. Tentunya banyak sekali pantai di sana. Orang Inggris senang pantai. Tentu saja, berjemur adalah sebuah kemewahan bagi negara yang minim pancaran matahari.
Istilah kemping di sini tidaklah sama seperti kemping semasa kita pramuka dulu. Sebab, campsite di sini dilengkapi penyewaan lodge, boleh membawa mobil karavan, ada fasilitas listrik, internet, penatu, tempat cuci piring, dan sebagainya.
Ada juga area yang hanya menyewakan tempat untuk memasang tenda saja. Namun, untuk fasilitas umum berlaku sama. Seperti toilet, shower room, tempat cuci piring, tap water (air minum dari keran), dan sebagainya.
Sedari Ramadhan, kami mengangankan kemping. Maka, selepas Lebaran barulah direalisasikan. Meski campsite di Cornwall jumlahnya banyak sekali, kadang fully booked. Karena itu, kami memesannya sebelum hari H. Setelah browsing dan memilah-milih lokasi, jatuhlah pilihan di Tower Park Caravan and Camping.
Untuk satu pitch (lapak tenda) kami membayar 23 poundsterling atau sekitar Rp 460 ribu. Itu harga termurah untuk satu keluarga yang terdiri atas 2 dewasa, 2 anak, 1 lapak tanpa listrik dan internet.
Hari dinanti tiba. Kami meluncur dari Worcester ke Cornwall. Menurut GPS, jarak tempuhnya 250 mil, waktu tempuhnya empat jam lebih. Tapi, pada kenyataannya, memakan waktu sekitar tujuh jam karena awalnya terjebak macet di jalan tol. Akhirnya, kami memilih country side alias jalan desa. Lebih asyik sih, pemandangannya lebih asri dibanding jalan tol. Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat. Sekadar untuk meluruskan punggung, ngopi dan makan.
Tiba di campsite daerah St Buryan Penzance pukul 7 lebih. Segera kami mendirikan tenda sebelum matahari tenggelam dan semuanya gelap. Sementara itu, mobil teman kami datang menghampiri. Ya, memang kami sudah janjian. Akhirnya, dua mobil mengapit dua tenda, sedangkan di tengahnya untuk area barbekiuan, api unggun merangkap tempat makan, tempat shalat, dan tempat bercengkerama.
Tenda telah dipasang, arang sudah dinyalakan, sate sudah dijejerkan, sementara itu makanan dan minuman lainnya dikumpulkan di tengah. Ah, makan malam yang sempurna. Bertemankan lampu berkekuatan baterei. Setelah usai makan malam, karpet dibersihkan dan beralih fungsi menjadi alas shalat. Shalat Maghrib dan Isya yang khusyuk dalam hening. Hanya surah-surah agung saja yang terdengar. Suasana pun menjadi syahdu.
Usai shalat jamaah, kami melanjutkan cengkerama, duduk mengelilingi bara api sambil menikmati minuman hangat. Menjadikan tubuh sedikit hangat dari terpaan angin dingin malam itu. Sesekali kami tertawa, mengusik penghuni tenda-tenda lainnya yang tak bersuara.
Di malam bertabur bintang itu, rasanya kami enggan menyudahi obrolan. Padahal, waktu menunjukkan pukul sebelas. Karena membawa anak-anak, mau tak mau, kami segera memasuki tenda. Dua keluarga, dua tenda. Saya memakai tenda yang cukup besar. Dua ruang yang disekat oleh ruang tengah untuk menyimpan makanan dan barang lainnya.
Karena hanya tersekat kain tenda, obrolan pun berlanjut. Kami saling menimpali, bersahut-sahutan. Sesekali tertawa, sepertinya hanya kami kempinger yang paling heboh.
Meski tidur larut, tapi bangun tetap awal begitu azan terdengar nyaring dari ponsel kami. Setelah shalat Subuh sekitar pukul 4, kompor portable mulai dinyalakan dalam ruang tengah tenda. Teh manis, cokelat panas, kopi, sereal hangat dalam kemasan, mi instan dalam wadah terus bergantian diseduh. Memenuhi satu per satu pesanan perut kami bersembilan orang. Empat orang tua, 2 remaja, dan 3 bocah cilik.
Di sela sarapan, kami bergantian mandi pagi. Ah, segar sekali. Di kamar mandi umum yang terdiri dari lima shower room, tujuh toilet, dan enam wastafel yang bersih itu masih sepi. Tentu saja, jam segitu orang Inggris masih bergumul dalam sleeping bag-nya. Sengaja saya mandi paling awal agar tidak mengantri nantinya. Sepulang mandi saya saksikan matahari menggeliat dari peraduannya mencipta warna nan elok. Siluet jingga itu sungguh memesona. Allahu Akbar. Sungguh besar kuasa-Nya. Sungguh indah ciptaan-Nya.
Kami sarapan supersantai. Sebagian berbalut sleeping bag. Mengobrol, menyusun rencana, bercanda, saling melempar joke, tawa pun menggelegar. Membuat penghuni tenda sebelah berdehem. Mungkin terganggu oleh kami yang tak lumrah sepagi itu sudah riuh, sementara penghuni tenda lainnya masih terlelap dalam hawa yang sangat dingin, sunyi pula.
Tadinya kami akan menambah sehari kemping, tapi cuaca tidak mendukung. Menurut perkiraan cuaca, siang itu hujan akan turun hingga esok hari. Terpaksa kami harus segera melipat tenda untuk seterusnya menuju destinasi lainnya. ed: nina chairani
St Michael's Mount
Minat wisata yang beda, membawa dua mobil, selepas dari campsite, menuju dua destinasi berlainan. Kami bersepakat untuk bertemu kembali di St Michael's Mount, tak lebih dari pukul 12 siang.
Karena Cornwall menyimpan pesona alam yang aduhai, sering kali wisatawan terbuai dan tertahan di satu objek wisata. Alhasil, janjian di St Michael's Mount molor berjam-jam, rencana pun berantakan.
Banyak wisatawan memburu St Michael's Mount pada pagi hari atau selambatnya pukul 12 siang. Mengapa? Karena St Michael's Mount terletak di pulau kecil, terlepas dari pulau utama, England. Meski beda pulau, kita bisa menjangkaunya dengan berjalan kaki.
Berjalan kaki? Ya, berjalan kaki. Itulah uniknya tempat wisata ini. Tentunya dengan catatan, berjalan kaki ketika air laut surut, mulai pagi hingga lepas siang. Bisakah Anda bayangkan dua pulau tersambung oleh jalanan bermaterikan bebatuan yang telah mengilat dilumat air serta diinjak kaki para wisatawan?
Waktu memasuki pukul tiga, ketika kami memasuki kawasan St Michael's Mount. Jalanan macet, tempat parkir sulit. Memang tidak mudah mendapatkan tempat parkir di objek wisata sepopuler ini. Setelah berputar dua kali, barulah kami menemukannya. Walau sangat jauh dari lokasi yang dimaksud.
Hati setengah pesimistis. Sepertinya pasang sudah datang. Kami tergesa, memilih jalan pintas, menuju St Michael's Mount. Langkah terasa berat karena kaki tenggelam dalam pepasir Pantai Mount’s. Hujan pula. Berangin kencang lagi. Ah, sebuah perjuangan.
Di pantai itu saya saksikan banyak wisatawan yang sedang asik menikmati wisata paralayang. Hmm, sepertinya seru juga untuk dicoba. Tapi, kami harus fokus pada tujuan semula. Langkah cepat pun dilanjutkan.
Saya tertegun, dari kejauhan tampak jalan bebatuan itu telah dilumat air.
"Bagaimana? Mau terus menerabas?" tanya suami.
Tentu saja ini sebuah tantangan mengasyikkan bagi saya dan anak-anak.
"Ayo, siapa takut?" jawab kami dalam rintik hujan serta angin kencang.
Belum setengah perjalanan, atau sekitar 150 meter, nyali kami menciut. Airnya sangat dingin. Kalau tinggi air hanya semata kaki mungkin tak mengapa. Tapi semakin jauh, semakin dalam. Air pasang itu pun cepat sekali datangnya. Mungkin setibanya di St Michael's Mount bisa sebetis, atau mungkin sepaha. Lalu, pulangnya?
Akhirnya kami harus merasa puas hanya dengan berfoto ria. Sementara itu, air pasang menjilat-jilat kaki kami karena terdorong ombak. Terlihat banyak rumput laut yang ikut terbawa. Dalam waktu bersamaan, orang-orang lalu-lalang, pulang ataupun pergi penuh nyali. Bahkan, beberapa di antaranya bocah-bocah dipanggul di pundak bapaknya. Hebat.
Seterusnya, kami balik arah dengan kecewa. Hujan perlahan reda. Matahari perlahan keluar. Sebagai gantinya, kami menaiki tebing bebatuan yang ada di pantai itu. Tak lama, teman kami datang bergabung. Kami pun tertahan di sana. Menikmati suasana pantai sambil memandang jelas St Michael's Mount di depan sana. Apalagi jika menggunakan teropong, seperti yang dibawa teman saya itu.
Di pintu masuknya yang telah digenangi air laut, hilir mudik boat/perahu kecil, baik yang mengantar maupun yang menjemput wisatawan. Pulau mungil itu dilingkupi benteng. Lalu terlihat rumah-rumah abad pertengahan yang berfungsi sebagai toko cendera mata, kafe, dan fasilitas wisata lainnya. Sementara, tengah pulaunya meninggi, seperti tumpeng alami yang ditumbuhi pepohonan menghijau. Di puncaknya terdapat kastil tua nan indah serta kokoh berdiri tegak.
Sebetulnya, ada perahu kecil yang memuat 6-10 penumpang untuk bisa menuju St Michael's Mount. Tarif dewasa empat poundsterling/PP, sedangkan anak-anak dua poundsterling. Tapi, waktu merambat senja, sedangkan pulau dan kastil tertutup bagi wisatawan pukul 5.30. Pastinya pulau seluas 230 ribu meter persegi itu tidak akan tereksplorasi maksimal.
Air laut semakin pasang, langit kembali mendung, awal hitam menggelayut. Sepertinya hujan akan turun lagi. Maka, segera kami tinggalkan St Michael's Mount di seberang sana. Wahai St Michael's Mount, tunggulah, suatu saat saya akan kembali.
Tarif Masuk St Michael's Mount
St Michael's Mount memiliki taman yang indah dan kastil bersejarah. Untuk bisa memasuki kastil yang dibangun pada abad pertengahan ini, pengunjung dikenai tarif masuk 8 poundsterling/dewasa, 4 pound/anak-anak, 20 pound/tiket keluarga (2 dewasa, maksimal 3 anak). Sedangkan untuk memasuki tamannya dikenai tarif lima pound/dewasa, 2 pound/anak-anak. Tersedia pula paket tiket keduanya (kastil dan taman). Tentunya sedikit lebih murah. 10,50 pound/dewasa, 5 pound/anak-anak, 26 pound/tiket keluarga.
Tips
" Waktu yang tepat bertandang ke Cornwall ialah saat musim panas.
" Browsing tempat-tempat wisata Cornwal terlebih dahulu dan pilihlah sesuai dengan minat Anda dan keluarga.
" Booking-lah campsite sebelum hari H.
" Bawalah keperluan kemping yang esensial. Seperti tenda, sleeping bag, alas duduk (karpet/tikar), windbreakers, alat makan, bekal makanan dan minuman yang cukup, serta pakaian ganti.
" Carilah spot tenda yang nyaman. Menghadap timur, agar bisa menyaksikan sunrise yang sempurna. Dekat pepohon, agar terhindar dari angin kencang. Posisi di ujung agar dapat privasi yang nyaman.
" Kunjungilah St Michael's Mounts di pagi hari. Agar bisa menikmati keseruan pergi pulang berjalan kaki dari Pantai Mount's ke St Michael's Mount.
" Bawalah jaket dan payung, sekalipun musim panas. Cuaca Cornwall sulit diprediksi,
Naik Apa?
Cornwall memiliki banyak destinasi wisata yang cantik dan menarik. Wisata alam, pantai, laut, tebing, tanjung, wisata sejarah, dan bangunan dan sebagainya. Rasanya diperlukan lebih dari sehari-dua hari untuk bisa menggunjungi tempat-tempat wisata di Cornwall. Untuk memudahkan mengunjungi destinasi per destinasi tersebut, menggunakan mobil adalah cara tempuh yang lebih mudah.
Tidak harus menggunakan mobil pribadi. Anda bisa menggunakan mobil sewaan dengan tarif bervariasi. Tarif termurah sekitar 20 pound/hari. Ketikkan saja kode pos: Marazion TR17 0EF, GPS akan mengantarkan Anda ke St Michael's Mount. Begitupun ke destinasi-destinasi lainnya, GPS akan mengantarkan anda ke mana pun tujuan Anda.
Bandara Newquay adalah bandar udara terdekat dari St Michael's Mount. Jika enggan membawa mobil sendiri, Anda bisa menggunakan taksi. Tentu tarifnya lebih mahal. Untuk informasi transportasi silakan kunjungi link berikut ini: www.newquaycornwallairport.com/travel/transportlinks.
Rosi Meilani, Penulis Buku Jelajah Inggris