REPUBLIKA.CO.ID, MUENCHEN -- Barcelona menelan pil pahit di leg pertama gelaran semifinal Liga Champions. Kekalahan 0-4 atas tuan rumah Bayern Muenchen di Allianz Arena, Rabu (24/4) dini hari WIB, menjadi kekalahan terbesar yang tercatat pada semifinal Liga Champions sepanjang sejarah.
Kekalahan tersebut sekaligus mengingatkan hasil pahit yang ditelan el Barca pada 1997. Saat itu, Barcelona menelan kekalahan serupa di fase grup atas Dynamo Kiev. Dilansir Opta pascalaga, belum ada satu pun tim yang mampu lolos ke babak selanjutnya dengan defisit mencapai empat gol pada leg pertama. Ini akan menjadi misi berat bagi Barcelona pada leg kedua nanti.
Skuat asuhan Tito Vilanova itu harus memetik kemenangan lima gol tanpa balas di Camp Nou. "Ini hasil yang buruk, kami terpuruk," ujar asisten pelatih Barcelona Jordi Roura yang dilansir laman resmi klub. Keempat gol yang menjadi mimpi buruk Barca dicetak Thomas Muller (menit ke-25 dan 81'), Mario Gomez (49'), dan Arjen Robben (63').
Laga di Allianz Arena membuat Barcelona seakan merasakan dendam Muenchen pada gelaran Liga Champions musim 2008/2009. Saat itu, skuat Die Roten asuhan Juergen Klinsmann juga ditekuk dengan skor yang sama oleh Barca di Camp Nou pada babak perempat final. "Muenchen kini sangat kuat dan superior dibanding kami," ucap Roura.
Terlepas dari performa impresif tuan rumah dengan puluhan ribu pendukungnya, penampilan Barcelona juga tak seperti biasa. Kurang bugarnya Lionel Messi dituding menjadi salah satu penyebab melempemnya sejumlah serangan tim tamu. Di pentas domestik, Messi di tiga laga terakhir memang diistirahatkan.
Sejumlah media setempat mencatat, La Pulga (si kutu, julukan Messi) baru diputuskan turun sebagai starter tiga jam sebelum kick off. Artinya, Messi sebelumnya tidak masuk dalam rencana Vilanova.
Harian Spanyol Marca memberikan poin satu atas performa Messi. Daya jelajah Messi di lini depan dinilai payah. Nalurinya di depan gawang pun nyaris nihil. Tercatat, Messi hanya mampu memberikan satu kali tembakan yang mengarah ke gawang Muenchen yang dikawal kiper Manuel Neuer.
Statistik Opta Joe juga menilai Messi dengan tinta merah. Striker peraih empat gelar pemain terbaik dunia itu hanya menyentuh bola sebanyak 72 kali. Ini merupakan jumlah terburuk Messi selama kiprahnya di Liga Champions.
Meski demikian, Roura tetap menilai Messi telah melakukan pekerjaannya dengan maksimal. Ia juga telah memikirkan risiko terbesar atas cederanya yang bisa saja kambuh. "Kami tetap bangga, Messi tetap mampu bermain 90 menit," katanya.
Messi pun mengakui penampilannya belum sepenuhnya 100 persen. Menurut bintang asal Argentina itu, ia tak mengalami cedera menjelang kick off. Namun, ia merasa kurang nyaman bermain karena baru pulih dari cedera dan tiga pekan "parkir" tak bermain.
"Pertemuan berikutnya, saya akan berusaha lebih maksimal," tegasnya. Playmaker Barcelona Xavi Hernandez menolak menyerah atas kekalahan timnya. Menurut gelandang timnas Spanyol itu, masih selalu ada kemungkinan untuk timnya membalikkan keadaan. "Kami akan berusaha bangkit, karena kami adalah Barca," jelasnya.
Arsitek Muenchen Jupp Heynckes mengaku sangat puas dengan performa timnya. Ia menilai penampilan luar biasa anak-anak asuhnya lebih karena nilai kebersamaan yang dijalin para pemain. "Kami bermain fantastis, semua kebersamaan telah menunjukkan manfaatnya," kata Heynckes seperti dilansir laman UEFA selapas laga.
Meski begitu, Heynckes tak mau sesumbar memastikan dua kaki timnya di babak final. Menurut dia, Barcelona bakal tampil lebih menyerang di leg kedua nanti. Kemenangan besar, kata dia, hanya akan menjadi sebatas pedoman taktis setiap meladeni Barca. "Masih selalu ada kesulitan di Spanyol," tegasnya.
Waspada serupa juga disampaikan penggawa Muenchen Thomas Mueller. Menurut gelandang timnas Jerman ini, belum saatnya timnya melakukan selebrasi berlebihan dan merasa sudah sampai di final. "Jangan lupakan kehebatan Barcelona di kandangnya," kata dia mengingatkan. n angga indrawan ed: endro yuwanto
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.