REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ribuan calon penumpang di Terminal Baranangsiang, Kota Bogor, telantar karena sopir angkutan umum memilih tak beroperasi sejak Kamis (2/5) pagi. Para sopir rupanya sedang menggeruduk DPRD Kota Bogor untuk memprotes rencana pembangunan hotel dan mal di terminal antarkota itu.
Tidak ada satu pun angkutan umum di Terminal Baranangsiang yang bergerak untuk mengantarkan penumpang. Suasana terminal terlihat sepi. Tidak ada bus yang beroperasi, sementara puluhan calon penumpang menunggu dengan resah dan kebingungan. Salah seorang penumpang Shihab (20 tahun) mengaku rencana kepergiannya ke Jakarta berantakan karena aksi sopir mogok ini. ''Mau gak mau naik kereta,'' kata dia dengan raut muka bingung.
Warga Bantar Kambing, Bogor Barat, ini tak tahu-menahu adanya sopir mogok bekerja yang berdemontrasi di kantor DPRD Kota Bogor. Aibatnya, mahasiswa yang kuliah di Jakarta ini harus mengeluarkan uang dan tenaga yang lebih guna mencapai tempat kuliahnya karena dari stasiun harus beberapa kali berganti angkot.
Aksi mogok sopir sudah dimulai sejak Kamis pagi pukul 05.00 WIB. Pengatur Pengendalian Terminal DLLAJ Widi Budiatmono mengatakan, para sopir tak setuju dengan adanya pembangunan hotel di Terminal Baranangsiang. Mereka setuju terminal direnovasi tanpa adanya hotel. Dari mogoknya sopir, kata Widi, sekitar 4.000 penumpang telantar di terminal tersebut. Mereka pun harus beralih kendaraan ke angkutan lain.
Kerepotan terbesar dialami penumpang yang akan pergi ke tujuan lebih jauh, seperti dialami Maryam (30), calon penumpang yang hendak menuju Bandung. Karena tak tahu bakal ada aksi mogok sopir, Maryam terpaksa menunggu di terminal tanpa tahu harus naik kendaraan apa. ''Saya jadi bingung mau naik apa lagi, mana travel saya telepon sudah penuh semua,'' katanya.
Nurdin (45) penumpang lainnya tujuan Bandung, juga baru mengetahui adanya demo sopir setelah sampai di terminal. Karena tidak ada pilihan lain, ia memilih untuk menunggu sampai bus kembali beroperasi. ''Kalau mau ke Bandung ya harus di terminal naiknya. Naik di Ciawi belum tentu dapat. Ini menunggu aja mau lihat sampai kapan mogoknya,'' kata dia.
Untuk mengakomodasi para penumpang agar tidak telantar di terminal, dinas lalu lintas dan angkutan jalan menyediakan Trans Pakuan tujuan Terminal Kampung Rambutan. ''Ada bus bantuan yang disiapkan, penumpang yang mau ke Jakarta bisa naik Trans Pakuan tujuan Kampung Rambutan,'' kata Endang, petugas DLLAJ di Terminal Baranangsiang.
Pembangunan hotel dan mal merupakan salah satu bagian dari rencana Pemerintah Kota Bogor untuk revitalisasi Terminal Baranangsiang. Terminal itu nantinya terintegrasi tak hanya menjadi pusat simpul transportasi, namun juga pusat kegiatan bisnis yang direpresentasikan oleh kehadiran hotel dan mal. Proyek itu seharusnya dimulai Mei ini, namun mundur karena mendapat penentangan dari awak angkutan dan pedagang terminal.
Sopir yang ditunggu-tunggu para calon penumpang itu sudah mengepung Gedung DPRD Kota Bogor sejak Kamis pagi pukul 08.00 WIB. Para pengunjuk rasa ini tak hanya terdiri atas puluhan sopir bus dan kondektur dari sejumlah PO di Terminal Baranangsiang, namun juga ratusan pedagang kios dan asongan di terminal. Ratusan massa yang datang dengan berjalan kaki dari Terminal Baranangsiang menuju gedung DPRD Kota Bogor itu bertekad tetap menggelar aksinya sampai pembangunan hotel dan mal di terminal dibatalkan. ''Kalau mau bangun terminal, terminal saja jangan dibangun hotel dan mal. Kami pedagang mau dikemanai,'' kata salah satu pengunjuk rasa di gedung DPRD.
Pengurus Sopir Bus Terminal Baranangsiang Dedi Mihardi Arif mengatakan bahwa di Kota Bogor sudah banyak hotel dan mal sehingga mengapa pula harus didirikan satu lagi di Terminal Baranangsiang. Keberadaan hotel dan mal di terminal dikhawatirkan akan mempersulit para sopir, kondektur, dan pedagang yang biasa mencari makan di Baranangsiang. ''Dibangunnya hotel dan mal di terminal akan menghilangkan kebanggaan Kota Bogor terhadap Terminal Barangnangsiang yang terbaik di Asia Tenggara,'' kata Dedi.
Aksi massa berlangsung kondusif. Selain berorasi, sejumlah perwakilan sopir, kondektur PO, dan pedagang asongan diterima oleh perwakilan DPRD untuk dengar pendapat. n c63/antara ed: rahmad budi harto
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.