REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA - Lebih dari 14 juta warga Australia akan menyalurkan suaranya lewat pemilihan umum federal yang diselenggarakan hari ini, Sabtu (7/9). Pemilihan akan mejadi pertaruhan antara perdana menteri dari Partai Buruh, Kevin Rudd, dan pemimpin oposisi, Tony Abbott.
Dari survei terakhir dua partai teratas, Jumat (6/9), koalisi oposisi Liberal-Nasional yang dipimpin Abbott masih unggul dengan 53 persen. Sedangan, Partai Buruh hanya 47 persen. Semua surat kabar utama, kecuali the Age, juga mendukung koalisi.
Survei Galaksi yang dipublikasikan di Sydnes Daily Telegraph sehari menjelang pemilihan juga menunjukkan Rudd gagal mematahkan keunggulan Abbott. Dengan keunggulan itu, partai koalisi oposisi diperkirakan akan mendapatkan 90 dari 150 kursi parlemen yang disediakan.
Sebanyak 78 persen dari 1.503 orang yang ditanya mengatakan, penampilan Abbott lebih baik selama kampanye. Hanya delapan persen yang menilai Rudd lebih bagus. Sementara, sisanya belum menentukan sikap.
Namun, Rudd tidak mau menyerah terhadap berbagai survei ini. “Saya telah melihat rentang perbedaan itu dalam beberapa waktu terakhir. Saya mengira masih banyak orang yang masih ragu-ragu tentang program pemotongan yang dimaksudkan Abbott,” ujarnya seperti dikutip Foxnews, Jumat (6/9).
Menurutnya, semakin dekat pemilihan banyak warga akan tersadar, program pemangkasan anggaran hanya akan berdampak negatif kepada tenaga kerja, rumah sakit, serta sekolah. “Fokus saya hanya menambah lapangan pekerjaan, kesehatan, rumah sakit dan jaringan pita lebar serta membantu warga dari meningkatnya biaya hidup.”
Ekonomi merupakan isu utama dalam kampanye. Oposisi sebelumnya berjanji akan menghemat hingga 37 miliar dolar AS jika memenangkan pemilihan. Penghematan ini dibutuhkan untuk mengatasi persoalan defisit anggaran.
Masalah pajak karbon juga menjadi perdebatan keduanya. Selain isu ekonomi, masalah pemberian suaka bagi imigran gelap juga menjadi perdebatan hangat.
Berdasarkan rencana Partai Buruh, para pencari suaka yang mayoritas datang dengan menggunakan kapal kayu akan dikirim ke Papu Nugini. Mereka (pencari suaka) berhak tinggal di sana seandainya memenuhi syarat. Sementara, Abbott menegaskan akan menunjuk komandan militer untuk memimpin operasi menghadapi para imigran gelap. Para pencari suaka hanya akan diberikan jaminan status pengungsi secara terbatas dengan visa sementara.
Tidak hanya isu dalam negeri, situasi luar negeri juga menjadi perhatian keduanya, seperti dalam kasus Suriah. Pekan lalu, Rudd sempat mendebat pernyataan Abbott yang mengatakan, perang saudara yang terjadi di Suriah adalah perlawanan antara penjahat dan penjahat. Artinya, baik pihak pemerintah Presiden Bashar al-Assad maupun kelompok oposisi sama-sama penjahat di mata Abbott.
Menurut Rudd, pernyataan tersebut merupakan bukti ketidakpahaman Abbott dengan perpolitikan luar negri. Bagaimana mungkin sosok sekelas Abbott bisa melontarkan pernyataan seperti itu. Sebaliknya, Abbott menilai, pernyataan yang dilontarkan Rudd adalah bentuk kekhawatiran pemerintahan yang terlalu putus asa menghadapi kondisi yang terjadi saat ini. Rudd selama ini mendukung rencana Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menyerang pemerintahan Bashar al-Assad.
Pemilihan umum Australia akan memilih anggota parlemen majelis tinggi dan majelis rendah. Mereka yang menguasi parlemen berhak memimpin pemerintahan. Selain Partai Buruh, ada 54 partai yang mengikuti pemilu. Menurut komisi pemilihan, jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dari pemilu federal pada 2010.
Dari 54 partai yang akan bertarung, ada juga partai asal-asalan yang hanya berkonsentrasi soal isu domestik. Bahkan, ada partai yang hanya mengangkat isu yang sangat spesifik, seperti Partai Seks, Partai Hentikan Partai Hijau, Partai Hak Perokok, Partai Kereta Peluru, dan Partai Bantu Akhiri Larangan Ganja. n hannan putra ed: teguh firmansyah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.